Sabtu, 26 Mei 2012

Tentang Keperawatan: Makalah Benda asing esofagus

Tentang Keperawatan: Makalah Benda asing esofagus: BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar   2.1.1 Definisi Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang...

Makalah Benda asing esofagus


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
  2.1.1 Definisi
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja mapun tidak sengaja (Soepardi, 2010. Hal: 299).
Trauma adalah cedera, baik fisik atau psikis (Dorland, 1998), trauma esofagus adalah benda baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan. Baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
  2.1.2 Etiologi
Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing dapat dibagi dalam golongan anak dan dewasa.Penyebab pada anak antara lain, anomali kongenital termasuk stenosis kongenital, web, fistel trakeosesofagus dan pelebaran pembuluh darah. Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakaian gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental, dan psikosis.

2.1.3        Patofisiologi
Ketika benda asing masuk kedalam esofagus dapat membentuk suatu peradangan pada esofagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada esofagus kemudian menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh dileher dan kemudian dapat menggangu sistem pernapasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi trakea, dimana trakea meniliki jarak yang dekat dengan esofagus.

2.1.4        Manifestasi klinis
Gejala sumbatan akibat benda asing esofagus tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing, komplikasi yang timbul akibat benda asing tesebut dan lama benda asing tersebut tertelan. Gejala pemmulaan benda asing esofagus adalah ras nyeri didaerah leher bila benda asing tersangkut didaerah servikal. Bila benda asing tersangkut diesofagus bagian distal timbul rasa tidak enak didaerh substernal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi tergantung, pada ukuran benda asing. Disfagia lebih berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga timbul rasa sumbatan esofagus yang persistem. Gejala lain ialah odinofagia yaitu rasa nyeri ketika menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadang-kadang ludah berdarah.



2.1.5        Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, pedarahan, perforasi lokal dengan akses leher atau mediastinistis. Perforasi esofagus dapat menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeoesofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat juga menimbulkan perforasi, sebagai akibat sekunder dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda asing timbul bila benda asing berada diesofagus dalaam waktu yang lama.
Gajala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena benda asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediatinum, krepitasi  kulit didaerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan nafas cepet, nyeri yang menjalar kepunggung, retrostenalndan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat timbul pneumotoraks atau pyotoraks.

2.1.6        Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esofagus servikal dan torakal anteroposteriol dan iteral harus dilakukan pada semua  pasien yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak mudah diketahui lokasinya sedangkan bila radiolusen,  dapat diketahui benda inflamasi periesofagus atau hiperint flamasi hipofaring dan esofagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda asing radiolusen, yang akan memperhatikan filling defect persisistent. Dapat dilakukan tomografi computer. Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.
 2.1.7 Penatalaksanaan Medis
Pasien dirujuk ke Rumah Sakit  untuk dilakukan esofaguskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofaguskopi ulang untuk menilai kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya untuk benda asing, tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esofaguskopi harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogastar agar pasien tidak menelan dan diberikan antibiotik dan analgetik berspektrum luar selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2 x 24 jam maka benda asing tersebut harus dilakukan secara pembedahan.
2.2      Manajemen Keperawatan
 2.2.1   Pengkajian
-       Nyeri pada saat menelan
-       Nyeri substrelnal
-       Perasaan penuh
-       Ketakutan dan ansietas
-       Penurunan berat badan
-       Nafas busuk
-       Suara serak dan batuk
-       Paralise diafragma

2.2.2      Diagnosa keperawatan
a.    Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi esofagus.
b.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan disfagia.
c.    Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
d.   Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit buruk.
e.    Kurang pengetahuan  berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan di rumah.
f.     Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi pada esofagus.

2.2.3      Intervensi
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi esofagus.
Tujuan : pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
No
Intervensi
Rasional
1
Kaji pola napas
Mengetahui sejauh mana pola napas pasien sebagai indikator intervensi selanjutnya.
2
Pertahankan tirah baring jika kondisi memerlukannya
Tirah baring dapat membantu relaksasi otot-otot pernapasan.
3
Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat (posisi semifowler)
Posisi semifowler (posisi duduk 30-45 derajat) mengurangi penekanan abdominalis terhadap diafragma.
4
Hindari posisi terlentang
Posisi terlentang dapat membuat penekanan abdominalis terhadap diafragma sehingga ekspansi paru tidak maksimal.
5
Lakukan pengisapan orotrakeal jika dibutuhkan
Pengisapan orotrakeal membantu pengeluaran mukus yang menyumbat jalan napas.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan disfagia.
Tujuan : masukkan kalori pasien dipertahankan, dan nutrisi seimbang.

No
Intervensi
Rasional
1
.kaji kemampuan pasien untuk menelan cairan dan makanan

Untuk mengidentifikasi kemampuan pasien menelan cairan dan makanan guna intervensi selanjutnya.

2
Ukur masukan dan haluaran


Untuk mengetahui seberapa banyak kebutuhan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan klien.
3
Beri dukungan kepada pasien untuk mengunya makanan dengan baik, untuk mengigit dalam jumlah kecil, dan untuk makan pelan
Jika makanan dalam bentuk halus maka membantu proses pencernaan
4
Bantu pemberian makanan jika perlu
Membantu pemenuhan nutrisi klien
5
Bantu dalam pemasangan selang NG jika dipesankan
Membantu pemenuhan nutrisi dengan selang NG

Diagnosa 3 : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan : Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri

no
Intervensi
Rasional
1
Kaji nyeri, lokasi, karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan intensitas, gunakan tingkat ukuran nyeri
 untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri guna intervensi selanjutnya

2
Ajarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri (misalnya imajinasi, musik, relaksasi)

Pengalihan perhatian dapat mengurangi nyeri

3
Ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam
Posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi tingkat nyeri.
4
.Berikan analgesik jika dipesankan
Analgesic dapat mengurangi nyeri.


Diagnosa 4 : Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit buruk.
Tujuan : Pasien atau orang terdekat memberikan perawatan mengungkapkan rasa takut dan ansietas dan menggunakan mekasisme koping efektif.

no
Intervensi
Rasional
1
Kaji kemampuan pasien dan orang terdekat untuk mengkomunikasikan perasaan
Mengkomunikasikan/mendiskusikan masalah dapat membantu mengurangi rasa cemas.

2
Bantu dalam menangani reaksi emosional terhadap proses penyakit

Membantu klien menangani masalah membuat klien dan keluarga merasa diperhatikan serta tidak merasa sendirian.

3
Dorong dan berikan waktu untuk mengungkapkan masalah
Mengungkapkan masalah dapat membantu menghilangkan rasa cemas.

4
Kambangkan arti komunikasi jika pasien mengalami kesukaran berbicara
Komunikasi yang baik dapat membantu menyelesaikan masalah dan mengurangi kecemasan.



Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan  berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan di rumah.
Tujuan : Pasien atau orang terdekat mendemonstrasaikan pemahaman akan perawatan rumah dan intruksi evaluasi.
no
Intervensi
Rasional
1
Intruksikan pasien atau orang terdekat mengenai tipe dan perawatan selang yang diperlukan untuk selang gastrostomi
Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan selang gastrostomi
2
Diskusikan dan ajarkan penatalaksanaan nyeri dan pemberian injeksi jika dipesankan
Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai proses penatalaksanaan penyakit.
3
Diskusikan jadwal radiasi atau penatalaksanaan kemoterapi.
: Penatalaksanaan kemoterapi menjadi suatu masalah berhubungan dengan efek yang ditimbulkannya.
4
 Jelaskan kebutuhan untuk mempertahankan perjanjian evaluasi dengan dokter
Evaluasi dokter menjadi sumber informasi pada klien dan keluarga.


Diagnosa 6 : Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi pada esofagus.
Tujuan :Tidak terjadi infeksi

no
Intervensi

1
Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi
Untuk mendeteksi sedini mungkin adanya tanda-tabda infeksi

2
Periksa tanda-tanda vital, demam, mengigil

TTV merupakan acuan terjadinya Infeksi

3
Tekankan higiene personal
Personal hygiene dapat mencegah timbulnya mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi

4
Kolaborasi mengenai pemberian antibiotik

Pemberian antibiotic dapat mencegah infeksi