BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
I. Konsep Dasar
2.1.Definisi
Penyakit Hirschsprung (mega kolon
kongenital) adalah suatu penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat
pergerakan usus yang tidak adekuat
karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan
kontraksi ototnya.
Hirschsprung terjadi karena adanya
permasalahan pada persarafan usus besar paling bawah mulai dari anus hingga
usus diatasnya. Saraf yang berguna untuk membuat usus bergerak melebar
menyempit biasanya tidak sama sekali atau kalaupun ada sedikit sekali. Namun
yang jelas kelainan ini akan membuat BAB bayi tidak normal, bahkan cenderung
sembelit terus-menerus. Hal ini dikarenakan tidak adanya saraf yang dapat
mendorong kotoran keluar dari anus.
Dalam keadaan normal bahan makanan
yang dicerna bisa berjalan disepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari
otot-otot yang melepasi usus (kontraksi ritmis ini disebut gerakan
peristaltik).Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oelh sekumpulan saraf yang
disebut ganglion yang terletak dibawah lapisan otot.Pada penyakit hirschsprung
ganglion ini tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter.
Segmen usus yang tidak memiliki
gerakan peristalltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna dan terjadi
penyumbatan.Penyakit hirschsprung 5 kali lebih sering ditemukan pada bayi
laki-laki.Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan bawaan lainnya, seperti
sindroma down.
2.2.Etiologi
Penyakit ini disebabkan
aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari
spingter ani internus kearah proksimal, 70 % terbatas didaerah rektosigmoid, 10
% sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus dan
pilorus.
Adapun yang menjadi penyebab
hirschsprung atau mega kolon kongenital adalah diduga karena terjadi faktor
genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrome, kegagalan
sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal
pada myentrik dan submukosa pada dinding plexus.
Dalam keadaan normal bahan makanan
yang dicerna bisa berjalan disepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari
otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini disebut gerakan
peristaltiik).Kontraksi dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion
yang terletak dibawah lapisan otot.
2.3.Anatimi Fisiologi
2.3.1.Rongga Mulut
Ø Gigi
Anatomi fisiologi system pencernaan pertama yang
berinteraksi dengan makanan secara langsung adalah rongga mulut.Rongga mulut
termasuk dalam saluran pencernaan.Rongga ini merupakan tempat pertama yang menerima
makanan. Organ pertama dari rongga mulut yang menerima makanan adalah gigi,
dimana fungsinya adalah memotong dan merobek makanan secara mekanik dari yang
berukuran besar hingga berukuran pas
untuk ditelan.
Ø Lidah
Lidah merupakan organ yang berperan mengatur makanan dan
gigi dan tidak hanya itu, lidah juga berperan sebagi organ pengecap makanan sehingga manusia
berselera makan. Bagian lidah yang berperan dalam pengecap rasa makanan adalah
papilla.
Di dalam rongga mulut, terdapat pula air ludah, yang dihasilkan oleh kelenjar ludah. Fungsinya
untuk membasahi makanan, sehingga makanan mudah ditelan dan dikunyah.Air ludah
juga mengandung enzim ptyalin yang mengubah karbohidrat menjadi disakarida.
2.3.2.Kerongkongan.
merupakan bagian saluran pencernaan tempat
mmelakukan makanan dari rongga mulut ke lambung..di dalam kerongkongan makanan akan mengalir dengan
bantuan gerak peristalltik dari otot kerongkongan.
2.3.3. Lambung
Lambung adalah organ pencernaan yang
terletak di rongga perut atas sebelah kiri. Didalam labung, makanan akan
dicerna secara kimiawi menggunakan enzim pencernaan. Enzim pencernaan yang ada
didalam lambung diantaranya enzim pepsin dan lipase.Tidak hanya enzim di
lambung terdapat asam lambung yang mempunyai pH rendah.Fungsi asam lambung
yaitu sebagai pembunuh kuman.
2.3.4 Usus Halus
Makanan yang sudah dicerna lambung
akan masuk ke dalam usus halus. Usus halus adalah organ pencernaan yang
mencerna makanan secara kimiawi menggunakan enzim.Enzim-enzim yang terdapat
pada usus halus yaitu enzim amilase, tripsin dan lipase.
Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum, jejenum
dan ileum. Sari-sari makanan yang terserap akan masuk ke dalam pembuluh darah. Adapun sisa penyerapan
akan dialirkan ke dalam usus besar. Gerakan yang berperan dalam pengaliran
makanan ini adalah gerakan peristaltik.
2.3.5. Usus Besar
Sisa hasil penyerapan usus halus
akan masuk ke dalam usus besar. Di usus besar ini, sisa pencernaan akan diserap
kembali kadar air dan garam-garam yang masih terkandung sehingga sisa
pencernaan ini akan padat.
Didalam usus besar sisa pencernaan akan mengalami pembusukan
karena didalam usus besar terdapat banyak bakteri pembusuk yaitu E.Colli.
2.4.Patifisiologi
Istilah congenital agang lionic Mega
Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion
pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada
dalam rektum dan bagian proksimal pada usus besar.Ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak
adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi
sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya
akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.Bagian proksimal sampai
pada bagian yang rusak pada Mega Colon.
Semua
ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan
relaksasi peristaltik secara normal.Isi usus mendorong ke segmen aganglionik
dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus
yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan
dibagian Colon tersebut melebar.
2.5.Manifestasi Klinis
Gejala
dan tanda dapat bermacam-macam berdasarkan keparahan dari kondisi kadang-kadang
mereka muncul segera setelah bayi lahir. Pada saat yang lain mereka mungkin
saja tidak tampak sampai bayi tumbuh menjadi remaja ataupun dewasa.
Ø Pada kelahiran baru tanda dapat
mencakup :
1. Kegagalan dalam dalam
mengeluarkan feses dalam hari pertama atau kedua kelahiran
2 Muntah : mencakup muntahan
cairan hijau disebut bile-cairan pencernaan yang diproduksi di hati
3. Konstipasi atau gas
4.
Diare
Ø Pada anak-anak yang lebih tua, tanda
dapat mencakup :
1. yang buncit
2. Peningkatan Perut berat
badan yang sedikit
3. Masalah dalam penyerapan nutrisi, yang mengarah
penurunan berat badan, diare atau keduanyadan penundaan atau pertumbuhan yang
lambat
4.
Infeksi kolon, khususnya anak yang baru lahir atau yang masih muda, yang dapat
mencakup enterocolitis, infeksi serius dengan diare, demam dan muntah dan
kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya. Pada anak-anak yang lebih tua atau
dewasa, gejala dapat mencakup konstipasi dan nilai rendah dari sel darah merah
(anemia) karena darah hilang dalam feses
2.6.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Laboratorium
a Kimia darah :
Pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal biasanya dalam batas
normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai dengan
dehidrasi.Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan pada penatalaksanaan
cairan dan elektrolit.
b. Darah rutin : Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit dan platelet preoperatiof.
c Profil koagulasi :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada gangguan pembekuan darah
yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.
2. Pemeriksaan Radiologi
a Foto polos abdomen
dapat menunjukan adanya loop usus yang distensi dengan adanyaudara dalam
rectum.
3. Biopsi
Biopsi rektum untuk melihat ganglion pleksus submukosa
meisner, apakah terdapat ganglion atau tidak.Pada penyakit hirschprung ganglion
ini tidak ditemukan.
2.7.Penatalaksanaan
2.7.1 Pembedahan
Pembedahan pada penyakit hirscprung
dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau
double–barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat
kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan). Bila umur bayi
itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9 dan 10 Kg), satu dari tiga
prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus aganglionik dan
menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 cm dari anus.
Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1
tahun.Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon nromal ke arah bawah dan
menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik, menciptakan dinding ganda
yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang
ditarik tersebut.Pada prosedur Swenson, bagian kolon yang aganglionik itu
dibuang.Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon bergangliondengan
saluran anal yang dilatasi.Sfinterotomi dilakukan pada bagian
posterior.Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan
prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk mengobati penyakit
hirsrcprung.Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh.Kolon yang
bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara
kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
2.7.2 Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus
dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rectal
untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
2.7.3 Tindakan bedah sementara
Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan
dewasa yang terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan
keadaan umum memburuk.Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling
distal.
2.7.4 Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe
pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal,
perhatikan utama antara lain :
a Membantu orang tua untuk
mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini.
b Membantu perkembangan
ikatan antara orang tua dan anak.
c. Mempersiapkan orang tua
akan adanya intervensi medis (pembedahan).
d. Mendampingi orang tua pada
perawatan colostomy setelah rencana pulang.
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi
klinis anak – anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan
sampai status fisiknya meningkat.Hal ini sering kali melibatkan pengobatan
simptomatik seperti enema.Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi
kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral
total.
2.8 Komplikasi
1) Obstruksi
usus
2) Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
3) Konstipasi
4) Abses
pericolon
5) Perforasi
6) Septikemia
II.
Manajemen Keperawatan
2.9 Pengkajian
·
B1 (Breathing) : Sesak napas dan distres
pernapasan
·
B2 (Blood) :
·
B3 (Brain) :
·
B4(Bladder) : -
·
B5 (Bowel) : Perut kembung/perut tegang,
muntah berwarna hijau dan diare kronik.
·
B6 (Bone) : Akral hangat.
2.10 Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi karena
ganglion pada usus.
2. Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan
muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi dan perbaikan pembedahan
- Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
- Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi.
2.11 Intervensi Keperawatan
Pre operasi
1.
Konstipasi berhubungan dengan obstruksi karena
ganglion pada usus.
Tujuan : Tidak terjadi
lagi obstruksi
Intervensi
1) Auskultasi
bising usus
R/: adanya
bunyi abnormal menunjukkna terjadinya komplikasi
2) Kaji
adanya nyeri pada perut
R: berhubungan dengan terjadnya komplikasi
R: berhubungan dengan terjadnya komplikasi
3) Anjurkan
makanan/cairan yang tidak mengiritasi
R: menurunkan resiko iritasi pada lambung dan usus
R: menurunkan resiko iritasi pada lambung dan usus
4) Kolaborasi rencana pembedahan
R: mengembalikan fungsi usus
R: mengembalikan fungsi usus
2.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak dekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhan secara parenteal atau
per oral.
Intervensi :
1) Berikan nutrisi parenteral sesuai
kebutuhan.
R/:
Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
2) Pantau pemasukan makanan selama
perawatan.
R/:
Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400 kalori
3) Pantau atau timbang berat badan.
R/: Untuk
mengetahui perubahan berat badan
Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh
terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami dehidrasi, turgor kulit normal.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda dehidrasi.
R/ :
Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnya
2) Monitor cairan yang masuk dan
keluar.
R/ : Untuk
mengetahui keseimbangan cairan tubuh
3) Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan
yang diprograrmkan.
R/:
Mencegah terjadinya dehidrasi.
4.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya
distensi abdomen.
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman
terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola
tidur.
Intervensi :
1) Kaji terhadap tanda nyeri.
R/ :
Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
2) Berikan tindakan kenyamanan :
menggendong, suara halus, ketenangan.
R/ : Upaya
dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri
R/:
Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat
Post operasi
1. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan kolostomi dan perbaikan pembedahan
Tujuan :memberikan perawatan
perbaikan kulit setelah dilakukan operasi
Intervensi :
1) Kaji insisi pembedahan, bengkak dan drainage.
R/: Untuk perawatan lebih lanjut
2) Berikan perawatan kulit untuk mencegah
kerusakan kulit.
R/: Mencegah infeksi
3) Oleskan krim jika perlu.
R/: Mempercepat proses penyembuhan
2. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan :Kebutuhan rasa nyaman
terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola
tidur.
Intervensi :
1) Observasi dan monitoring tanda skala
nyeri.
R/ :
Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
2) Lakukan teknik pengurangan nyeri
seperti teknik pijat punggung dansentuhan.
R/ : Upaya
dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri
3) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
apabila dimungkinkan.
R/:
Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat
3.Kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan kebutuhan
irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi.
Tujuan : pengetahuan keluarga pasien
tentang cara menangani kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi
tambah adekuat.
Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan tentang kondisi yang dialami perawatan di rumah dan pengobatan.
- Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan, kecemasan dan perhatian tentang irigasi rectal dan perawatan ostomi.
- Jelaskan perbaikan pembedahan dan proses kesembuhan.
- Ajarkan pada anak dengan membuat gambar-gambar sebagai ilustrasi misalnya bagaimana dilakukan irigasi dan kolostomi.
- Ajarkan perawatan ostomi segera setelah pembedahan dan lakukan supervisi saat orang tua melakukan perawatan ostomi.
2.12 Implementasi
Tujuan utama
dapat mencakup penghilangan nyeri, penambahan pengetahuan tentang
penatalaksanaan dan pencegahan infeksi pasca pembedahan dan tidak adanya
komplikasi.
2.13 Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
- Pola eliminasi berfungsi normal
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi
- Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
- Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
- Integritas kulit lebih baik
- Nyeri berkurang atau hilang
- Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan kolon
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit
yang sering menimbulkan masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun
psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung
yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar
anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah
baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung
harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun
keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja
sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis
lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
3.2 SARAN
Kami berharap setiap mahasiswa mampu
memahami dan mengetahui tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.