ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
MALARIA
A.Konsep Dasar
1. Pengertian
1. Pengertian
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang
disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala
berupa demam, menggigil, abemia dan splenomegali. Dapat berlangsung akut
ataupun kronik. (Sudoyo Aru W, dkk,2009:2813).
Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah
merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke
manusia melalui air liur nyamuk. (Handayani, wiwik, dkk.2008:65).
Malaria
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari
genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria
adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja,
2000).
2. Etiologi
2. Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada
empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu,
a.
Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling
sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b.
Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi
dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan
dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
c.
Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan
menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap hari empat).
d.
Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan
Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan
infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan,
menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi
tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi
Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae
12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).
3. Jenis-Jenis Malaria
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis
malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria
tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat,
ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang
banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika
menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter
eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin
inti (Double Chromatin).
Klasifikasi
penyebaran Malaria Tropika :
Plasmodium
Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium
Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit
menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler
dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali
lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi.
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium
Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil
dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula
coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita.
Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti
kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax
tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri
demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan
punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang
terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap
ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria,
hipoproteinemia,.
tanpa uremia dan hipertensi.
tanpa uremia dan hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria
Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya
hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik
yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi
Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale
merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh
Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4
tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali
walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria
Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang
diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan
plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah
menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli.
Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin
eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan
gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali
dengan puncak demam setiap 72 jam.
Dari
semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria
tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang
ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya
komplikasi.
4. Patofisiologi
Parasit pertama kali
menginfeksi sel-sel hati dan kemudian berpindah ke eritrosit. Infeksi
menyebabkan hemolisis berat sel-sel darah merah. Pada titik ini semakin banyak
parasit yang disebabkan ke dalam sirkulasi dan timbul sirkulasi infeksi
berikutnya.(Handayani, wiwik.dkk.2008:65).
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu :
a. Fase seksual
Fase ini
terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk
(Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit
dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit
ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di
dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina
menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang
menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar
ludah nyamuk. (Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-163). Fase eritrosit dimulai
dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk tropozoid. Proses
berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit
dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara
permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa
prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya
sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.( Mansjoer,
2001, hal. 409).
b. Fase Aseksual
Terjadi
di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit,
menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam
peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati
(Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni
dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan melepaskan
beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer
primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih
kurang 120 hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2
dalam 100 ml darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam
ginjal dan hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran
yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan
pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari sebagian
merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit.
Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati
dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah
merah pecah dan merozoit yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai
kembali. Setiap saat sel darah merah pecah, penderita merasa kedinginan dan
demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara
garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap
sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.(Mansjoer.2001:409).
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan
malaria secara umum menurut Mansjoer (2001) antara lain sebagai berikut:
a. Demam
Demam
periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada
Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka
periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P.
Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap
serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodic
Gejala
umum (gejala klasik) yaitu terjadi secara berurutan :
1) Periode
dingin
2) Periode
panas
3) Periode
berkeringat
b. Splenomegali
Splenomegali
adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen
eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah.
c. Anemia
Derajat
anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena
Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan
Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan
pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
d. Ikterus
Ikterus
adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin
dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga
jenis ikterus antara lain:
1) Ikterus
hemolitik
2) Ikterus
hepatoseluler
3) Ikterus
Obstruktif
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan mikroskopis malaria
-
Anamnesis
-
Uji Imunoserologis
b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Tes
floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat acridine
orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium.
c. Pemeriksaan imunoserologis
Untuk
mendeteksi antibodi spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen
spesifik plasmodium.
d. Pemeriksan Biomolekuler
Untuk
mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.
(Mansjoer:2001)
7.Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria
dapat diberikan tergantung dari jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja
(2002) antara lain sebagai berikut:
a. Malaria
Tersiana/ Kuartana
Biasanya
di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan
mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari).
Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari).
b. Malaria
Ovale
Berikan
kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari).
Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6
jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di
kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
c. Malaria
Falcifarum
Kombinasi
sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti
tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari
selama 7 hari.
8.Komplikasi
a. Malaria otak
b. Anemia berat
c. Edema paru
d. Hipoglikemia
B.
Manajemen Keperawatan
1.Pengkajian
Data
pengkajian menurut handayani, wiwik.2008:70. Sebagai berikut :
a. Aktivitas/
istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan,
malaise umum.
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot
dan penurunan kekuatan.
b. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau
sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam) Kulit hangat,
diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi),
hipovolemia,penurunan aliran darah.
c. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi;
penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
d. Makanan
dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak
subkutan, dan Penurunan masa otot. Penurunan
haluaran urine, kosentrasi urine.
e. Neuro
sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan
pingsan
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau
mental, disorientas deliriu atau koma.
f. Pernapasan
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda : Tackipnea dengan
penurunan kedalaman pernapasan
g. Penyuluhan/
pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati,
ginjal, keracunan alkohol, riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/
prosedur invasif, luka traumatic.
2. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria
berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah
ini (Doengoes,dkk.1990:454).
a.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat; anorexia; mual/muntah.
b.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
penurunan sistem kekebalan tubuh; prosedur tindakan invasive.
c.
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan
metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
d.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan
nutrient dalam tubuh.
e.
Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat
kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan malaria Doengoes,dkk.1990:455
berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah :
a.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan makanan yang tidak adekuat; anorexia; mual/muntah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil : Pasien dapat
mencerna jumlah kalori atau nutrient yang dapat.
Berat
badan stabil atau penambahan kea rah rentang biasanya.
Rencana
|
Rasional
|
1)
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang
disukai. Observasi dan catat masukan makanan pasien
|
Mengawasi
masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan
|
2)
Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil
yang tepat
|
Dilatasi
gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode
anoreksia
|
3)
Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara
teratur
|
Mengawasi
penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
|
4)
Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam
diet murni
|
Dapat
meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol
|
5)
Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan
gejala lain yang berhubungan
|
Gejala
GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
|
6)
Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi
|
Perlu
bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
|