Laporan Pendahuluan
“Tonsilitis Kronik”
I. Konsep Dasar
1. Pengertian
Tonsilitis
Kronik adalah tonsilitis akibat dari peradangan, faktor predisposisi ;
rangsangan kronik (rokok dan makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut
yang tidak adekuat dan hygien mulut yang tidak baik/buruk.
Tonsilitis
adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A Streptococcus
beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh
infeksi virus. (Hembing, 2004).
Tonsilitis
adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering
ditemukan, terutama pada anak-anak. (Sriyono, 2006).
Tonsilitis
adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi. (Harnawatiaj, 2006)
Berdasarkan definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil
yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok Streptococcus beta hemolitik,
Streptococcus viridons dan Streptococcus pyrogenes namun disebabkan juga oleh
bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus.
Fungsi Tonsil
a.
Membentuk zan-zat anti yang
terbentuk di dalam sel plasma pada waktu terjadi reaksi seluler.
b.
Mengadakan limfositosis dan
limfositolisis.
c.
Menangkap dan menghancurkan
benda-benda asing maupun mikro organisme yang masuk ke dalam tubuh melalui
hidung dan mulut.
d.
Memproduksi hormon,
khususnya hormon pertumbuhan.
Klasifikasi tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)
1.
Tonsillitis Akut
Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus,
streptococcus viridians, dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh
virus.
2.
Tonsilitis Falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi
eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.
Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan
sisa-sisa makanan yang tersangkut.
3.
Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan
mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
4.
Tonsilitis Membranosa
(Septis Sore Throat)
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang
membengkak tersebut menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat
atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.
5.
Tonsilitis Kronik
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi :
rangsangan kronik (rokok, makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang
tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.
2. Etiologi
Etiologi
menurut Mansjoer (2001) etiologi tonslitis adalah sebagai berikut :
a.
Streptokokus Beta
Hemolitikus
Streptokokus
beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat berkembang biak
ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.
b.
Streptokokus Pyogenesis
Streptokokus
pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh dalam rantai
panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A. Streptokokus Pyogenesis
adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia berkisar dari infeksi
khasnya bermula ditenggorakan dan kulit.
c.
Streptokokus Viridans
Streptokokus
viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal yang baik
a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans memiliki
kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang memungkinkan mereka
mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang rusak.
d.
Virus Influenza
Virus influenza adalah
virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus influenza). Virus ini ditularkan
dengan medium udara melalui bersin pada manusia gejala umum yang terjadi yaitu
demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat. Dalam kasus yang
buruk influenza juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.
3. Manifestasi
Klinik
Menurut Megantara, Imam (2006) gejalanya
berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri
seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki
persyarafan yang sama). Adapun gejala
lainnya :
a. Demam
b. Sakit
kepala
c. Muntah
Adapun menurut Hembing, (2004) adalah sebagai berikut :
a. Dimulai
dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan,
kadang-kadang muntah.
b. Tonsil
bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan,
kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
c. Pada
tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah
pada lekukan tonsil.
4. Patofisiologi
Tonsilitis menurut Nurbaiti (2001) terjadi
karena bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas
akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui
sistem limpa ke tonsil. Adanya bakteri virus patogen pada tonsil menyebabkan
terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan
dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada
tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri menelan, demam
tinggi, bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang menjalar ke telinga.
5. Komplikasi
Komplikasi
menurut Mansjoerm (2001) yang potensial pada tonsilitis yang memerlukan
pendekatan kolaboratif dalam perawatan adalah :
a.
Abses Peritonsilar (quinsy)
Biasanya
timbul pada pasien dengan tonsilitis berulang atau kronis yang tidak mendapat
terapi yang adekuat.
b.
Abses Parafaringeal
Timbul
jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir dari tonsil atau abses
peritonsilar melalui otot konstriktor superior, sehingga formasi abses
terbentuk di antara otot ini dan fascia servikalis profunda. Komplikasi ini
berbahaya karena terdapat pada area di mana pembuluh darah besar berada dan
menimbulkan komplikasi serius.
c.
Abses Retrofaringeal
Keadaan
ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea), ganggaun menelan, dan benjolan
pada dinding posterior tenggorok, dan bisa menjadi sangat berbahaya bila abses
menyebar ke bawah ke arah mediastinum dan paru-paru.
d.
Tonsilolith
Tonsilolith
adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium, magnesium karbonat, fosfat,
dan debris pada kripta tonsil membentuk benjolan keras. Biasanya menyebabkan
ketidaknyamanan, bau mulut, dan ulserasi (ulkus bernanah).
e.
Kista Tonsil
Umumnya
muncul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna putih atau kekuningan sebagai
akibat terperangkapnya debris pada kripta tonsil oleh jaringan fibrosa.
f.
Komplikasi Sistemik
Kebanyakan
komplikasi sistemik terjadi akibat infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup
A. Di antaranya: radang ginjal akut (acute glomerulonephritis), demam rematik,
dan bakterial endokarditis yang dapat menimbulkan lesi pada katup jantung
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Penunjang
menurut Firman S (2006), yaitu :
1.
Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah
bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini
disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
2.
Pemeriksaan penunjang
Kultur
dan uji resistensi bila diperlukan
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan menurut Brunnes dan
Suddart (2001), tujuan dari penatalaksanaan tonsilitis adalah untuk membunuh
kuman atau bakteri yang menyerang tonsil dengan obat antibiotik diantaranya
yaitu :
a. Antibiotik
baik injeksi maupun otot seperti cefotaxim, penisilin, amoksilin, eritromisin
dan lain-lain.
b. Antiperetik
untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
c. Apabila
penyakit tonsil sudah kronis harus dilakukan tindakan operatif (tonsilektomi)
karena penyakit tonsilitis yang sudah kronis akan terjadinya pembesaran pada
tonsil sehingga dapat mengakibatkan sesak nafas karena jalan nafas yang tidak
efektif sehingga harus dilakukan tindakan tonsilektomi.
II. Manajeman Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Wawancara
1.
Kaji adanya riwayat
penyakit sebelumnya (tonsillitis)
2.
Apakah pengobatan adekuat
3.
Kapan gejala itu muncul
4.
Apakah mempunyai kebiasaan
merokok
5.
Bagaimana pola makannya
6.
Apakah rutin / rajin
membersihkan mulut
·
B1 (Breathing) : Pembesaran
tonsil dan hiperemis.
·
B2 (Blood) : Takikardia, hiperfentilasi
(respons terhadap aktivitas).
·
B3 (Brain) : depresi,
gelisah, sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga, nyeri pada
daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan, nyeri tekan pada daerah sub
mandibula dan demam.
·
B4 (Bleader) : Perubahan
pola berkemih dan warna urine pekat.
·
B5(Bowel) : Kesulitan
menelan, anoreksia, membran mukosa kering dan mual.
·
B6 (Bone) : kelemahan,
Turgor kulit jelek dan pucat.
2.
Diagnoas
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Nursalam, 2006).
Diagnosa
keperawatan menurut (Doenges, 2000), pada pasien tonsillitis Pre Oprasi adalah :
a.
Nyeri akut berhubungan
dengan pembengkakan tonsil.
b.
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pembatasan pemasukan: mual, anoreksia, letargi.
c.
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
d.
Hipertermi berhubungan
dengan peningkatan metabolisme penyakit.
e.
Ansietas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
f.
Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan proses infeksi atau imflamasi: rasa sakit pada jaringan
tonsil
Diagnosa keperawatan pada
pasien tonsilitis Pro Operasi adalah :
a.
Nyeri berhubungan dengan
pembengkakan jaringan : insisi bedah.
b.
Resiko perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia : kesulitan menelan.
c.
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang pemahaman, pemajaran/mengingat.
d.
Resiko kekurangan volume
cairan berhubungan dengan resiko perdarahan akibat tindakan operatif
tonsilektomi.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan
keperawatan adalah deskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan oleh
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Tindakan/perencanaan keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai
hasil yang diharapkan dan tujuan pemulangan (Doenges, 2000).
Perencanaan keperawatan
menurut Doenges (2000) pasein tonsilitis adalah:
1.
Nyeri akut berhubungan
dengan pembengkakan tonsil.
Tujuan : Dapat hilang atau
berkurang
Kriteria hasil : - Mengenal faktor penyebab
-
Mengenali serangan nyeri
-
Mengenali gejala nyeri
-
Menunjukan posisi/ekspresi
wajah rileks
Intervensi
|
Rasional
|
- Kaji
keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi dan
waktu. Menandai non verbal, misal: gelisah, takikardi, meringis
|
Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan
juga tanda-tanda perkembangan/resolusi komplikasi
-
|
-
Dorong pengungkapan perasaan
|
-
Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut,
sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa takut
|
-
Berikan aktivitas hiburan, misal: membaca,
nonton TV, bermain handphone
|
-
Meningkatkan kembali perhatian kemampuan
untuk menanggulangi
|
-
Lakukan tindakan paliatif, misal:
pengubahan posisi, masase
|
Meningkatkan
relaksasi menurun ketegangannya
|
-
Instruksikan pasien untuk menggunakan
visualisasi/ bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam
|
Meningkatkan relaksasi
dan perasaan sehat
|
-
Berikan analgesik/antipiretik. Gunakan ADP (analgesik
yang dikontrol)
|
Memberikan penuntunan nyeri atau tidak
nyaman : mengiurangi demam.
|
2.
Kekurangan Volume Cairan
berhubungan dengan pembatasan pemasukan: mual, anoreksia, letargi.
Tujuan : Tidak terjadinya dehidrasi
Kriteria hasil : – Mempertahankan dehidrasi
-
Membran mukosa lembab
-
Turgor kulit baik,
tanda-tanda vital stabil
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji turgor kulit,
membrane mukosa dan rasa haus
|
Indikator tidak langsung
dan status cairan
|
Timbang berat badan
sesuai indikasi
|
Meskipun kehilangan berat badan dapat
menunjukkan penggunaan otot, fluktuasi tiba-tiba menunjukkan status hidrasi.
|
Pantau pemasukan oral dan
memasukkan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
|
Mempertahankan
keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus dan melembabkan membrane mukosa
|
Berikan cairan/elektrolit
melalui selang pemberi makanan/IV
|
Diperlukan untuk
mendu-kung/memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak
adekuat, mual/muntah terus menerus
|
Berikan obat-obatan sesuai indikasi
-
Antimetik, misal: proklo-perazin maleat
(Compazine); trimeto-benzamid (Tigan); metoklo-pramid (Reglan)
-
Antidiarea, misal: difenik-silat (Lomotil),
loperamid Imodium, paregoric atau antipasmodik, misal: mepen-zolat, bromide
(Cantil)
-
Antipiretik, misal: asetaminofen (Tylenol)
|
Mengurangi insiden muntah untuk mengurangi kehilangan cairan/elektro-lit lebih lanjut
Menurunkan jumlah dan
keenceran feses; mungkin mengurangi kejang usus dan peristalis.
Membantu
mengurangi demam dan respons hipermetabolisme, menurun-kan kehilangan cairan
tak kasat mata
|
3.
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria
hasil : – Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
-
Berat badan sesuai tinggi badan
-
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji kemampuan untuk
mengunyah, merasakan dan menelan
|
Lesi mulut, tenggorokan
dan implamasi pada tonsil dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan
|
Timbang berat badan
sesuai kebutuhan. Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat badan yang
tidak sesuai
|
Indikator kebutuhan
nutrisi/pema-sukan yang adekuat
|
Hilangkan rangsangan
lingku-ngan yang berbahaya atau kondisi yang membentuk reflek gagal
|
Mengurangi stimulus pusat
muntah di medulla
|
Berikan perawatan mulut
terus menerus, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang
mengandung alcohol
|
Mengurangi
ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual/muntah, lesi, oral, pengeringan
mukosa. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
|
Catat waktu, kapan nafsu
makan menjadi baik dan pada waktu itu usahakan untuk menyajikan porsi makan
yang lebih
|
Melibatkan pasien dalam
memberikan perasaan kontrol lingkungan dan mungkin meningkatkan pemasukan
|
Berikan obat yang
antiemetik misal: Ranitidin
|
Mengurangi insiden
muntah, meningkatkan fungsi gaster
|
Berikan suplemen vitamin
|
Kekurangan vitamin
terjadi akibat penurunan pemasukan makanan dan ataun kegagalan menguyah dan
absorpsi dalam sistem gastrointestinal
|
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit.
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil : – Suhu tubuh dalam rentang normal
- Suhu kulit dalam batas normal
Intervensi
|
Rasional
|
Pantau suhu pasien (derajat dan pola);
perhatikan menggigil/ diafpresis
|
Suhu
38,9˚C, 41,1˚C menunjukan proses penyakit infeksius akut
|
Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan
linen tempat tidur sesuai indikasi
|
Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah
untuk mempertahankan suhu mendekati normal
|
Berikan kompres mandi hangat
|
Dapat membantu mengurangi demam
|
Berikan antipiretik, misal: paracetamol,
asetaminofen
|
Digunakan
untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun
demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan
meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi
|
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
Kriteria hasil : - Ansietas berkurang
- Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis
- Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Intervensi
|
Rasional
|
Berikan
informasi mengenai terapi obat-obatan, interaksi efek samping dan pentingnya
ketaatan pada program
|
Meningkatkan
pemahaman dan meni-ngkatkan kerjasama dalam penyem-buhan/profilaksis dan
mengurangi risiko kambuhnya komplikasi
|
Diskusikan
kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat/seimbang
|
Perlu
untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum
|
Dorong
periode istirahat adekuat dengan aktivitas yang terjadwal
|
Mencegah
kepenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuhan
|
Tinjau
perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan
|
Membantu
mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jum-lah bakteri patogen
yang ada
|
Identifikasi
tanda-tanda/gejala-gejala yang membutuhkan evaluasi medis.
|
Pengenalan
dini dari perkembangan/ kambuhnya infeksi akan memung-kinkan intervensi dan
mengurangi risiko perkembangan ke arah situasi membahayakan jiwa
|
Tekankan
pentingnya imunisasi profilaktik/terapi antibiotik sesuai kebutuhan
|
Penggunaan
pencegahan terhadap infeksi
|
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi atau imflamasi: rasa sakit pada jaringan tonsil.
Tujuan : Mempertahankan pola nafas efektif
Kriteria hasil : – Tidak mengalami sesak nafas
- Pernafasan dalam batas normal
- Tidak terjadi batuk
Intervensi
|
Rasional
|
Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru
yang mengalami penurunan atau kehilangan ventilasi
|
Memperkirakan adanya perkem-bangan komplikasi/infeksi
pernafasan yang terjadi pada jaringan tonsil
|
Catat kecepatan/kedalaman pernafasan,
sianosis, penggu-naan otot aksesori/kerja pernafasan munculnya dispnea
|
Takipnea, sianosis, tidak dapat
beristirahat dan peningkatan nafas menunjukkan kesulitan pernafasan dan
adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan/intervensi medis
|
Kaji perubahan tingkat kesadaran
|
Hipoksemia
dapat terjadi akibat adanya perubahan tingkat kesadaran mulai dari ansietas
dan kekacauan mental dan mencegah komplikasi pernafasan
|
Intervensi Tonsilitis PRO OPERASI
1.
Nyeri berhubungan dengan
pembekakan jaringan : insisi bedah.
Tujuan
: Nyeri berkurang dan pembekakan hilang
Kriteria
Hasil : - Menunjukkan nyeri hilang
Melaporkan bisa
beristirahat
Intervensi
|
Rasional
|
Berikan tindakan nyaman (pijatan
punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan
|
Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien
memfokuskan perhatian pd sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan
|
Selidiki perubahan
karakteristik nyeri,periksa mulut jahitan atau trauma baru
|
Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yg
memerlukan evaluasi lanjut/intervensi jaringan yang terinflamasi dan
kongesti,dapat dengan mudah mengalami trauma dengan penghisapan
kateter,selang makanan.
|
Catat indikator non verbal dan respon
automatik terhadap nyeri,evaluasi efek analgesic
|
Alat menentukan adanya
nyeri,kebutuhan terhadap keefektifan obat
|
Jadwalkan aktifitas
perawatan untuk keseimbangan dengan periode tidur manajemen stress contoh :
teknik relaksasi, bimbingan imajinasi.
|
Mencegah kelekahan / terlalu lelah dan
dapat meningkatkan koping
terhadap stress / ketidaknyamanan. |
Kolaborasi
Berikan irigasi oral,
anestesi sprei dan kumur-kumur. Anjurkan pasien melakukan irigasi sendiri.
Berikan analgetik
terhadap stress / ketidaknyamanan.
|
Memperbaiki kenyamanan, meningkatkan
penyembuhan dan menurunkan bau mulut.
Meningkatkan
rasa sehat, tidak menurunkan kebutuhan analgesic dan meningkatkan
penyembuhan.
|
2.
Resiko perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia: kesulitan menelan.
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria
Hasil : Klien tidak mengeluh nyeri bila
menelan
Porsi
makan yang disediakan dihabiskan.
Klien
tidak tampak kesakitan saat menelan
Intervensi
|
Rasional
|
Jelaskan
tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh atau kesembuhan penyakitnya
|
Agar
pasien tau pentingnya makanan/nutrisi untuk membantu proses penyembuhan.
|
Sajikan
makanan cair dalam keadaan hangat.
|
Makanan
cair dan dingin untuk memudahkan pasien menelan makanan.
|
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian multivitamin
|
Untuk
menambah nafsu makan pasien
|
3. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman, pemajaran / mengingat.
Tujuan
: pasien atau keluarga dapat memahami penyakit yang di derita.
Kriteria
Hasil :Pasien atau keluarga memahami mengenai penyakit yang di derita pasien
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji
ulang prosedur pembedahan khusus dan harapan pascaoperasi
|
Memberikan
dasar pengetahuan dimana pilihan informasi dapat dibuat dan tujuan dapat
disusun
|
Berikan
perhatian tentang gangguan ukuran/gambaran tubuh
|
Antisipasi
masalah dapat membantu dalam menerima situasi yang memburuk
|
Kaji
ulang program pengobatan,dosis,dan efek samping
|
Pengetahuan
dapat meningkatkan kerja sama dengan program terapi dan mempertahankan jadwal
|
Anjurkan
menghindari alcohol
|
Dapat
mempengaruhi disfungsi hati/pancreas
|
Diskusikan
tanggungjawab untuk perawatan diri dengan pasien/orang terdekat
|
Kerja
sama sangat penting untuk keberhasilan hasil setelah prosedur
|
Dorong
latihan progresif/keseimbangan program aktivitas dengan periode istirahat
adekuat
|
Meminimalkan
pascaoperasi yang juga mencegah kelemahan yang tak perlu
|
4.
Resiko kekurangan vol.
cairan berhubungan dengan resiko perdarahan akibat tindakan operatif
tonsilektomi.
Tujuan
: kekurangan volume cairan pada pasien teratasi.
Kriteria
Hasil : Keseimbangan cairan yang adekuat
Pengeluaran
urine individu yang sesuai
Intervensi
|
Rasional
|
Catat karakteristik muntah dan atau drinase
|
Membantu dalam membedakan penyebab distres
gaster kandungan empedu kuning kehijauan menunjukkan bahwa pylorus terbuka
|
Awasi tanda vital:bandingkan dengan hasil
normal pasien/sebelumnya.ukut TD dengan posisi duduk,berbaring,berdiri bila
perlu
|
Perubahan TD dann nadi
dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah
|
Ukur kehilangan darah/cairan melalui
muntah,penghisapan gaster/lavase dan deteksi
|
Memberikan pedoman untuk
penggantian cairan
|
Pertahankan pencatatan akurat subtotal
cairan/darah selama terapi penggantian
|
Potensial
kelebihan tranfusi cairan,khususnya bila volume tambahan diberikan sebelum
tranfusi darah
|
Catat tanda perdarahan baru setelah
terhentinya pendarahan awal
|
Meningkatkan
kepenuhan/distensi abdominal,mual/muntah baru dan diare baru dapat
menunjukkan perdarahan ulang
|
Kolaborasi
Berikan cairan atau darah sesuai indikasi
Masukkan/pertahankan
selang NG pada perdarahan akut
|
Penggantian cairan tergantung pada derajat
hipovolemia dan lamanya perdarahan(akut atau kronis)
Memberikan
kesempatan untuk menghilangkan sekresi iritan gaster,darah,bekuan.
|
4.
Implementasi
Keperawatan
Implementasi
adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).
5.
Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi
adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang
diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Nursalam, 2001).
Adapun
evaluasi dari tiap-tiap masalah di atas adalah :
Evaluasi
Pre Operasi
1.
Nyeri berkurang atau
teratasi
Kriteria
hasil : Reflek menelan baik, tidak ada masalah saat makan, tidak mengalami
batuk saat menelan, menelan secara normal dan menelan dengan nyaman.
2.
Keseimbangan cairan
terpenuhi
Kriteria
hasil : Mukosa bibir lembab, turgor kulit baik dan tanda-tanda vital stabil
3.
Nutrisi tubuh terpenuhi
Kriteria
hasil : Nafsu makan klien bertambah, mual dan muntah berkurang, peningkatan berat badan.
4.
Suhu tubuh dalam batas
normal
Kriteria
hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal 36-37˚C, keadaan, kulit dalam batas
normal tidak mengalami turgor kulit yang jelek, nadi dan pernapasan dalam batas
normal yaitu 80 x/menit dan pernapasan 18 x/menit.
5.
Cemas tidak terjadi,
kenyamanan pasien meningkat
Kriteria
hasil : Ansietas berkurang, klien bisa mengendalikan tingkat kecemasannya dan mengetahui
penyebab mengalami kecemasan.
6.
Pola nafas efektif
Kriteria hasil : Tidak
mengalami sesak nafas, pernafasan dalam batas normal dan tidak terjadi batuk
Evaluasi Pro Operasi
1. Nyeri berkurang dan pembekakan hilang
Kriteria hasil : Menunjukkan nyeri hilang dan melaporkan bisa beristirahat
2. Nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil : Pasien tidak mengeluh nyeri bila menelan, porsi makanan yang disediakan di habiskan dan pasien tidak tampak kesulitan saat menelan.
3. Pasien atau keluarga dapat memahami penyakit yang diderita
Kriteria Hasil : Pasien atau keluarga paham dengan apa yang dijelaskan perawat
4. Kekurangan volume cairan pada pasien teratasi
Kriteria hasil : Keseimbangan cairan yang adekuat dan pengeluaran urine individu yang sesuai.
Daftar
Pustaka
http://isyajackdoel.blogspot.com/2012/06/lp-tonsilitis.html
di unduh tanggal 27 April 2013 jam 19.20
WIB
http://nandarnurse.blogspot.com/2013/03/asuhan-keperawatan-askep
tonsilitis.html#axzz2RTwdUmXJ di unduh tanggal
27 April 2013 jam 19.20 WIB
http://neurs-siliwangi.blogspot.com/2012/11/asuhan-keperawatan-klien-post-operasi.html
di unduh tanggal 27 April 2013 jam 19.20
WIB
http://ners-mitha.blogspot.com/2012/08/laporan-tonsilitis.html
di unduh tanggal 27 April 2013 jam 19.20
WIB
http://runtah.com/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-tonsilitis
di unduh tanggal 27 April 2013 jam 19.20
WIB
http://sigitpurnomodankeluarga.blogspot.com/2010/11/askep-tonsilitis.html di unduh tanggal
27 April 2013 jam 19.20 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar