Minggu, 05 Mei 2013

Laporan Pendahuluan Tonsilitis Kronik



Laporan Pendahuluan
“Tonsilitis Kronik”

I.  Konsep Dasar      
1.      Pengertian
Tonsilitis Kronik adalah tonsilitis akibat dari peradangan, faktor predisposisi ; rangsangan kronik (rokok dan makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygien mulut yang tidak baik/buruk. 
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A Streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus. (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak. (Sriyono, 2006).
Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi. (Harnawatiaj, 2006)
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok Streptococcus beta hemolitik, Streptococcus viridons dan Streptococcus pyrogenes namun disebabkan juga oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus.
            Fungsi Tonsil
a.       Membentuk zan-zat anti yang terbentuk di dalam sel plasma pada waktu terjadi reaksi seluler.
b.      Mengadakan limfositosis dan limfositolisis.
c.       Menangkap dan menghancurkan benda-benda asing maupun mikro organisme yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung dan mulut. 
d.      Memproduksi hormon, khususnya hormon pertumbuhan.
Klasifikasi tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)
1.      Tonsillitis Akut
Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.


2.      Tonsilitis Falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.
3.      Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
4.      Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.
5.      Tonsilitis Kronik
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.
2.      Etiologi
Etiologi menurut Mansjoer (2001) etiologi tonslitis adalah sebagai berikut :
a.       Streptokokus Beta Hemolitikus
Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat berkembang biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.
b.      Streptokokus Pyogenesis
Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A. Streptokokus Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia berkisar dari infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit.
c.       Streptokokus Viridans
Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal yang baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans memiliki kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang memungkinkan mereka mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang rusak.


d.      Virus Influenza
Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.
3.      Manifestasi Klinik
Menurut Megantara, Imam (2006) gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama). Adapun gejala lainnya :
a.       Demam
b.      Sakit kepala
c.       Muntah
Adapun menurut Hembing, (2004) adalah sebagai berikut :
a.       Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan, kadang-kadang muntah.
b.      Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
c.       Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil.
4.      Patofisiologi
Tonsilitis menurut Nurbaiti (2001) terjadi karena bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limpa ke tonsil. Adanya bakteri virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri menelan, demam tinggi, bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang menjalar ke telinga.

5.      Komplikasi
Komplikasi menurut Mansjoerm (2001) yang potensial pada tonsilitis yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan adalah :
a.       Abses Peritonsilar (quinsy)
Biasanya timbul pada pasien dengan tonsilitis berulang atau kronis yang tidak mendapat terapi yang adekuat.
b.      Abses Parafaringeal
Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir dari tonsil atau abses peritonsilar melalui otot konstriktor superior, sehingga formasi abses terbentuk di antara otot ini dan fascia servikalis profunda. Komplikasi ini berbahaya karena terdapat pada area di mana pembuluh darah besar berada dan menimbulkan komplikasi serius.
c.       Abses Retrofaringeal
Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea), ganggaun menelan, dan benjolan pada dinding posterior tenggorok, dan bisa menjadi sangat berbahaya bila abses menyebar ke bawah ke arah mediastinum dan paru-paru.
d.      Tonsilolith
Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium, magnesium karbonat, fosfat, dan debris pada kripta tonsil membentuk benjolan keras. Biasanya menyebabkan ketidaknyamanan, bau mulut, dan ulserasi (ulkus bernanah).
e.       Kista Tonsil
Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna putih atau kekuningan sebagai akibat terperangkapnya debris pada kripta tonsil oleh jaringan fibrosa.
f.       Komplikasi Sistemik
Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A. Di antaranya: radang ginjal akut (acute glomerulonephritis), demam rematik, dan bakterial endokarditis yang dapat menimbulkan lesi pada katup jantung
6.      Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Penunjang menurut Firman S (2006), yaitu :
1.      Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
2.      Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan
7.      Penatalaksanaan Medis
            Penatalaksanaan menurut Brunnes dan Suddart (2001), tujuan dari penatalaksanaan tonsilitis adalah untuk membunuh kuman atau bakteri yang menyerang tonsil dengan obat antibiotik diantaranya yaitu :
a.       Antibiotik baik injeksi maupun otot seperti cefotaxim, penisilin, amoksilin, eritromisin dan lain-lain.
b.      Antiperetik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
c.       Apabila penyakit tonsil sudah kronis harus dilakukan tindakan operatif (tonsilektomi) karena penyakit tonsilitis yang sudah kronis akan terjadinya pembesaran pada tonsil sehingga dapat mengakibatkan sesak nafas karena jalan nafas yang tidak efektif sehingga harus dilakukan tindakan tonsilektomi.
II.    Manajeman Keperawatan
1.      Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Wawancara
1.      Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)
2.      Apakah pengobatan adekuat
3.      Kapan gejala itu muncul
4.      Apakah mempunyai kebiasaan merokok
5.      Bagaimana pola makannya
6.      Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
·        B1 (Breathing) : Pembesaran tonsil dan hiperemis.
·        B2 (Blood) : Takikardia, hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas).
·        B3 (Brain) : depresi, gelisah, sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga, nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan, nyeri tekan pada daerah sub mandibula dan demam.
·        B4 (Bleader) : Perubahan pola berkemih dan warna urine pekat.
·        B5(Bowel) : Kesulitan menelan, anoreksia, membran mukosa kering dan mual.
·        B6 (Bone) : kelemahan, Turgor kulit jelek dan pucat.
2.      Diagnoas Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2006).
Diagnosa keperawatan menurut (Doenges, 2000), pada pasien tonsillitis Pre Oprasi  adalah :
a.       Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan tonsil.
b.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan: mual, anoreksia, letargi.
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
d.      Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit.
e.       Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
f.       Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi atau imflamasi: rasa sakit pada jaringan tonsil
Diagnosa keperawatan pada pasien tonsilitis  Pro Operasi adalah :
a.       Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan : insisi bedah.
b.      Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia : kesulitan menelan.
c.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman, pemajaran/mengingat.
d.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan resiko perdarahan akibat tindakan operatif tonsilektomi.
3.      Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah deskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan oleh pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan/perencanaan keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan dan tujuan pemulangan (Doenges, 2000).
Perencanaan keperawatan menurut Doenges (2000) pasein tonsilitis adalah:
1.      Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan tonsil.
Tujuan : Dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil : - Mengenal faktor penyebab
-       Mengenali serangan nyeri
-       Mengenali gejala nyeri
-       Menunjukan posisi/ekspresi wajah rileks
Intervensi
Rasional
-     Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi dan waktu. Menandai non verbal, misal: gelisah, takikardi, meringis
Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan/resolusi komplikasi
-           
-     Dorong pengungkapan perasaan


-          Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa takut
-    Berikan aktivitas hiburan, misal: membaca, nonton TV, bermain handphone
-          Meningkatkan kembali perhatian kemampuan untuk menanggulangi
-    Lakukan tindakan paliatif, misal: pengubahan posisi, masase
Meningkatkan relaksasi menurun ketegangannya

-    Instruksikan pasien untuk menggunakan visualisasi/ bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam
Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat

-          Berikan analgesik/antipiretik. Gunakan ADP (analgesik yang dikontrol)
Memberikan penuntunan nyeri atau tidak nyaman : mengiurangi demam.


2.      Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan: mual, anoreksia, letargi.
Tujuan : Tidak terjadinya dehidrasi
Kriteria hasil : – Mempertahankan dehidrasi
-       Membran mukosa lembab
-       Turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil
Intervensi
Rasional
Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus
Indikator tidak langsung dan status cairan
Timbang berat badan sesuai indikasi
Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukkan penggunaan otot, fluktuasi tiba-tiba menunjukkan status hidrasi.
Pantau pemasukan oral dan memasukkan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus dan melembabkan membrane mukosa
Berikan cairan/elektrolit melalui selang pemberi makanan/IV
Diperlukan untuk mendu-kung/memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual/muntah terus menerus
Berikan obat-obatan sesuai indikasi
-          Antimetik, misal: proklo-perazin maleat (Compazine); trimeto-benzamid (Tigan); metoklo-pramid (Reglan)
-          Antidiarea, misal: difenik-silat (Lomotil), loperamid Imodium, paregoric atau antipasmodik, misal: mepen-zolat, bromide (Cantil)
-          Antipiretik, misal: asetaminofen (Tylenol)

Mengurangi insiden muntah untuk mengurangi kehilangan cairan/elektro-lit lebih lanjut


Menurunkan jumlah dan keenceran feses; mungkin mengurangi kejang usus dan peristalis.


Membantu mengurangi demam dan respons hipermetabolisme, menurun-kan kehilangan cairan tak kasat mata

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil : – Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
- Berat badan sesuai tinggi badan
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi
Rasional
Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan dan menelan
Lesi mulut, tenggorokan dan implamasi pada tonsil dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan
Timbang berat badan sesuai kebutuhan. Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat badan yang tidak sesuai
Indikator kebutuhan nutrisi/pema-sukan yang adekuat
Hilangkan rangsangan lingku-ngan yang berbahaya atau kondisi yang membentuk reflek gagal
Mengurangi stimulus pusat muntah di medulla

Berikan perawatan mulut terus menerus, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alcohol
Mengurangi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual/muntah, lesi, oral, pengeringan mukosa. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
Catat waktu, kapan nafsu makan menjadi baik dan pada waktu itu usahakan untuk menyajikan porsi makan yang lebih
Melibatkan pasien dalam memberikan perasaan kontrol lingkungan dan mungkin meningkatkan pemasukan
Berikan obat yang antiemetik misal: Ranitidin
Mengurangi insiden muntah, meningkatkan fungsi gaster
Berikan suplemen vitamin
Kekurangan vitamin terjadi akibat penurunan pemasukan makanan dan ataun kegagalan menguyah dan absorpsi dalam sistem gastrointestinal

4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit.
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil : – Suhu tubuh dalam rentang normal
- Suhu kulit dalam batas normal
Intervensi
Rasional
Pantau suhu pasien (derajat dan pola); perhatikan menggigil/ diafpresis
Suhu 38,9˚C, 41,1˚C menunjukan proses penyakit infeksius akut
Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
Berikan kompres mandi hangat
Dapat membantu mengurangi demam

Berikan antipiretik, misal: paracetamol, asetaminofen
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi

5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
Kriteria hasil : - Ansietas berkurang
- Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis
- Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Intervensi
Rasional
Berikan informasi mengenai terapi obat-obatan, interaksi efek samping dan pentingnya ketaatan pada program
Meningkatkan pemahaman dan meni-ngkatkan kerjasama dalam penyem-buhan/profilaksis dan mengurangi risiko kambuhnya komplikasi
Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat/seimbang
Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum
Dorong periode istirahat adekuat dengan aktivitas yang terjadwal
Mencegah kepenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuhan
Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan
Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jum-lah bakteri patogen yang ada
Identifikasi tanda-tanda/gejala-gejala yang membutuhkan evaluasi medis.

Pengenalan dini dari perkembangan/ kambuhnya infeksi akan memung-kinkan intervensi dan mengurangi risiko perkembangan ke arah situasi membahayakan jiwa
Tekankan pentingnya imunisasi profilaktik/terapi antibiotik sesuai kebutuhan
Penggunaan pencegahan terhadap infeksi





6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi atau imflamasi: rasa sakit pada jaringan tonsil.
Tujuan : Mempertahankan pola nafas efektif
Kriteria hasil : – Tidak mengalami sesak nafas
- Pernafasan dalam batas normal
- Tidak terjadi batuk
Intervensi
Rasional
Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru yang mengalami penurunan atau kehilangan ventilasi
Memperkirakan adanya perkem-bangan komplikasi/infeksi pernafasan yang terjadi pada jaringan tonsil
Catat kecepatan/kedalaman pernafasan, sianosis, penggu-naan otot aksesori/kerja pernafasan munculnya dispnea
Takipnea, sianosis, tidak dapat beristirahat dan peningkatan nafas menunjukkan kesulitan pernafasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan/intervensi medis
Kaji perubahan tingkat kesadaran
Hipoksemia dapat terjadi akibat adanya perubahan tingkat kesadaran mulai dari ansietas dan kekacauan mental dan mencegah komplikasi pernafasan

Intervensi Tonsilitis PRO OPERASI
1.      Nyeri berhubungan dengan pembekakan jaringan : insisi bedah.
Tujuan : Nyeri berkurang dan pembekakan hilang
Kriteria Hasil : - Menunjukkan nyeri hilang
                           Melaporkan bisa beristirahat
Intervensi
Rasional
Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan
Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pd sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan

Selidiki perubahan karakteristik nyeri,periksa mulut jahitan atau trauma baru


Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yg memerlukan evaluasi lanjut/intervensi jaringan yang terinflamasi dan kongesti,dapat dengan mudah mengalami trauma dengan penghisapan kateter,selang makanan.
Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri,evaluasi efek analgesic
Alat menentukan adanya nyeri,kebutuhan terhadap keefektifan obat


Jadwalkan aktifitas perawatan untuk keseimbangan dengan periode tidur manajemen stress contoh : teknik relaksasi, bimbingan imajinasi.

Mencegah kelekahan / terlalu lelah dan dapat meningkatkan koping
terhadap stress / ketidaknyamanan.

Kolaborasi
Berikan irigasi oral, anestesi sprei dan kumur-kumur. Anjurkan pasien melakukan irigasi sendiri.

Berikan analgetik terhadap stress / ketidaknyamanan.


Memperbaiki kenyamanan, meningkatkan penyembuhan dan menurunkan bau mulut.


Meningkatkan rasa sehat, tidak menurunkan kebutuhan analgesic dan meningkatkan penyembuhan.
2.      Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia: kesulitan menelan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria Hasil  : Klien tidak mengeluh nyeri bila menelan
Porsi makan yang disediakan dihabiskan.
Klien tidak tampak kesakitan saat menelan
Intervensi
Rasional
Jelaskan tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh atau kesembuhan penyakitnya
Agar pasien tau pentingnya makanan/nutrisi untuk membantu proses penyembuhan.
Sajikan makanan cair dalam keadaan hangat.
Makanan cair dan dingin untuk memudahkan pasien menelan makanan.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian multivitamin
Untuk menambah nafsu makan pasien
        
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman, pemajaran / mengingat.
Tujuan : pasien atau keluarga dapat memahami penyakit yang di derita.
Kriteria Hasil :Pasien atau keluarga memahami mengenai penyakit yang di derita pasien
Intervensi
Rasional
Kaji ulang prosedur pembedahan khusus dan harapan pascaoperasi
Memberikan dasar pengetahuan dimana pilihan informasi dapat dibuat dan tujuan dapat disusun
Berikan perhatian tentang gangguan ukuran/gambaran tubuh
Antisipasi masalah dapat membantu dalam menerima situasi yang memburuk
Kaji ulang program pengobatan,dosis,dan efek samping
Pengetahuan dapat meningkatkan kerja sama dengan program terapi dan mempertahankan jadwal
Anjurkan menghindari alcohol
Dapat mempengaruhi disfungsi hati/pancreas
Diskusikan tanggungjawab untuk perawatan diri dengan pasien/orang terdekat
Kerja sama sangat penting untuk keberhasilan hasil setelah prosedur
Dorong latihan progresif/keseimbangan program aktivitas dengan periode istirahat adekuat
Meminimalkan pascaoperasi yang juga mencegah kelemahan yang tak perlu
4.      Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan akibat tindakan operatif tonsilektomi.
Tujuan : kekurangan volume cairan pada pasien teratasi.
Kriteria Hasil : Keseimbangan cairan yang adekuat
Pengeluaran urine individu yang sesuai

Intervensi
Rasional
Catat karakteristik muntah dan atau drinase

Membantu dalam membedakan penyebab distres gaster kandungan empedu kuning kehijauan menunjukkan bahwa pylorus terbuka
Awasi tanda vital:bandingkan dengan hasil normal pasien/sebelumnya.ukut TD dengan posisi duduk,berbaring,berdiri bila perlu
Perubahan TD dann nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah

Ukur kehilangan darah/cairan melalui muntah,penghisapan gaster/lavase dan deteksi
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan


Pertahankan pencatatan akurat subtotal cairan/darah selama terapi penggantian

Potensial kelebihan tranfusi cairan,khususnya bila volume tambahan diberikan sebelum tranfusi darah
Catat tanda perdarahan baru setelah terhentinya pendarahan awal

Meningkatkan kepenuhan/distensi abdominal,mual/muntah baru dan diare baru dapat menunjukkan perdarahan ulang
Kolaborasi
Berikan cairan atau darah sesuai indikasi


Masukkan/pertahankan selang NG pada perdarahan akut

Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan(akut atau kronis)

Memberikan kesempatan untuk menghilangkan sekresi iritan gaster,darah,bekuan.
4.      Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).
5.      Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2001).
Adapun evaluasi dari tiap-tiap masalah di atas adalah :
Evaluasi Pre Operasi
1.      Nyeri berkurang atau teratasi
Kriteria hasil : Reflek menelan baik, tidak ada masalah saat makan, tidak mengalami batuk saat menelan, menelan secara normal dan menelan dengan nyaman.
2.      Keseimbangan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, turgor kulit baik dan tanda-tanda vital stabil
3.      Nutrisi tubuh terpenuhi
Kriteria hasil : Nafsu makan klien bertambah, mual dan muntah berkurang,  peningkatan berat badan.
4.      Suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal 36-37˚C, keadaan, kulit dalam batas normal tidak mengalami turgor kulit yang jelek, nadi dan pernapasan dalam batas normal yaitu 80 x/menit dan pernapasan 18 x/menit.
5.      Cemas tidak terjadi, kenyamanan pasien meningkat
Kriteria hasil : Ansietas berkurang, klien bisa mengendalikan tingkat kecemasannya dan mengetahui penyebab mengalami kecemasan.
6.      Pola nafas efektif
Kriteria hasil : Tidak mengalami sesak nafas, pernafasan dalam batas normal dan tidak terjadi batuk

Evaluasi Pro Operasi

1.      Nyeri berkurang dan pembekakan hilang

Kriteria hasil : Menunjukkan nyeri hilang dan melaporkan bisa beristirahat

2.      Nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria hasil : Pasien tidak mengeluh nyeri bila menelan, porsi makanan yang disediakan di habiskan dan pasien tidak tampak kesulitan saat menelan.

3.      Pasien atau keluarga dapat memahami penyakit yang diderita

Kriteria Hasil : Pasien atau keluarga paham dengan apa yang dijelaskan perawat

4.      Kekurangan volume cairan pada pasien teratasi

Kriteria hasil : Keseimbangan cairan yang adekuat dan pengeluaran urine individu yang sesuai.


Daftar Pustaka
http://isyajackdoel.blogspot.com/2012/06/lp-tonsilitis.html di unduh tanggal 27 April 2013 jam  19.20 WIB
http://ners-mitha.blogspot.com/2012/08/laporan-tonsilitis.html di unduh tanggal 27 April 2013 jam  19.20 WIB
http://runtah.com/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-tonsilitis di unduh tanggal 27 April 2013 jam  19.20 WIB






Tidak ada komentar:

Posting Komentar