Sabtu, 08 Juni 2013

Nekrolisi Epidermal Toksika (NET)



BAB I
  PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Nekrolisi Epidermal Toksika (NET) adalah sautu penyakit kulit yang bisa berakibat fatal, dimana lapisan kulit paling atas mengelupas lembar demi lembar. N.E.T. umumnya terdapat pada orang dewasa.Pada umumnya N.E.T. merupakan penyakit yang berat dan sering menyebabkan kematian karena gangguan keseimbangan cairan/elektrolit atau karena sepsis.Gejalanya mirip Sindrome Steven Johnson.
Penyakit mulai secara akut dengan gejala prodromal.Penderita tampak sakit berat dengan demam tinggi, kesadaran menurun (soporokomatosa).Kelainan kulit mulai dengan eritema generalisata kemidian banyak timbul vesikel dan bula, dapat pula disertai purpura.Kelainan pada kulit dapat disertai kelainan pada bibir dan selaput lendir mulut berupa erosi, ekskoriasi, dan perdarahan sehingga terbentuk krusta berwarna merah hitam.Kelainan semacam itu dapat pula terjadi di orifisium genetalia eksterna.Juga dapat disertai kelainan pada mata seperti pada syndrome Steven Johnson.
Pada N.E.T. yang terpenting ialah terjadinya epidermolisis, yaitu epidermis terlepas dari dasarnya yang kemudian menyeluruh.Gambaran klinisnya menyerupai kombustio. Adanya epidermolisis menyebabkan tanda Nikolski positif pada kulit yang eritematosa, yaitu jika kulit ditekan dan digeser, maka kulit akan terkelupas. Epidermolisis mudah dilihat pada tempat yang sering terkena tekanan, yakni pada punggung dan bokong karena biasanya penderita berbaring.Pada sebagian para penderita kelaina kulit hanya berupa epidermolisis dan purpura, tanpa disertai erosi, vesikel, dan bula.Kuku dapat terlepas (onikolisis). Bronkopneumonia dapat terjadi.Kadang-kadang dapat terjadi perdarahan di traktus gastrointestinal.

1.2.  Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya  maka permasalahan nyadapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud degan Nekrolisi Epidermal Toksika (NET)?
2.      Bagaimanakah asuhan keperwatan pada klien dengan Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).?
1.3.  Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
          Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).
1.3.2. Tujuan Khusus
          Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :
  • Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian padaklien dengan Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).
  • Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).
  • Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).
  • Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).
1.4.  Manfaat Penulisan
      Sesuai dengan latar belakang perumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka manfaat yang dapat diharapakan  dari penelitian ini adalah :
1)      Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).
2)      Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakaan serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penulisan makalah selanjutnya.
3)      Bagi Profesi
Dapat memberikan sumbangan ilmu bagi ilmu keperawatan.

1.5.  MetodePenulisan
Pada penulisan makalah ini kami menggunakan pendekatan pustaka. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan studipustaka yaitu mengumpulkan data berdasarkan sumber-sumber tertulis tentang pandangan dan teori keperawatan tentang Nekrolisi Epidermal Toksika (NET). Data dikumpulkan dari sumber tertulis yang didapatkan dari internet ataupun buku-buku yang ada diperpustakaan STIKES EkaHarap.
BAB II
  PEMBAHASAN


2.1. PENGERTIAN
Nekrolisis Epidermal Toksik ( N.E.T ) adalah umumnya merupakan penyakit berat, gejala kulit yang terpenting dan khas adalah epidermolisis yang menyeluruh, dapat disertai kelainan pada selaput lendir di orifisium dan mata.
Nekrolisi Epidermal Toksika adalah sautu penyakit kulit yang bisa berakibat fatal, dimana lapisan kulit paling atas mengelupas lembar demi lembar.
Nekrolisis epidermal toksik adalah kelainan kulit yang memerlukanpenanganan segera yang paling banyak disebabkan oleh obat-obatan.Meskipun begitu, etiologi lainnya, termasuk infeksi, keganasan, dan vaksinasi, juga bisa menyebabkan penyakit ini.
Nekrolisis Epidermal Toksik (TEN) merupakan reaksi mukokutaneous khas onset akut dan berpotensi mematikan, yang biasanya terjadi setelah dimulainya pengobatan baru.
Nekrolisis epidermal toksik merupakan varian yang paling berat dari penyakit bulosa sepertieritema multiforme dan sindrom Stevens-Johnson.Semua kelainan tersebut memberikangambaran lesi kulit yang menyebar luas, dan terutama pada badan dan wajah yang melibatkansatu atau lebih membran mukosa.
2.2. ETIOLOGI
Etioliginya sama dengan Syndrome Steven Johnson. N.E.T. juga dapat terjadi akibat reaksi graft versus host.
·      infeksi (virus,jamur,bakteri,parasit)
·      Sepertiga kasus nekrolisis epidermal toksika disebabkan oleh suatu reaksi terhadap suatu obat.
·       Obat yang paling sering menyebabkan penyakit ini adalah:
o        Penisilin, Allopurinol
o        Antibiotik yang mengandung sulfa
o        Makrolida
o        Quinolon
o        Barbiturat
o        Antikonvulsi (anti-kejang)
·           Obat anti peradangan non-steroid

2.3. MANIFESTASI KLINIS
·           Gejala prodromal : malaise, lelah, mual, muntah, diare, angina, demam, konjungtivitis ringan, radang mukosa mulut & genital
·           Beberapa jam – hari kemudian ®kelainan kulit : makula, papel, eritematosa,  morbiliformis disertai dengan bula flaccid® cepat meluas & konfluens
·           Lesi ® wajah, ekstremitas & badan
·           Lesi eritem,vesikel, erosi ® mukosa pipi, bibir, konjungtiva, genitalia, anus
·           Onikolisis, alis, bulu mata rontok + epidermolisis kelopak mata
·           KU buruk, suhu ↑, Kesadaran ↓
·           Tanda Nikolsky (+): Jika daerah-daerah kulit yang tampak normal diantara lesi-lesi  digaruk, epidermis dengan mudah terkelupas dari permukaannya.
·           Organ tbh : perdarah tr. GI, trakeitis, bronkopneumonia, udem paru, emboli paru, ggg    keseimbangan cairan & elektrolit, syok hemodinamik & kegagalan ginjal
·           Sebuah ruam papular atau makular yang “terbakar/nyeri” kemerah-merahan dengan batas tidak tegas kemudian terbentuk membentang mulai dari wajah sampai batang-tubuh atas.Pelepuhan terjadi dan kemudian bergabung.Epidermis bisa terkelupas.
N.E.T. umumnya terdapat pada orang dewasa.Pada umumnya N.E.T. merupakan penyakit yang berat dan sering menyebabkan kematian karena gangguan keseimbangan cairan/elektrolit atau karena sepsis.Gejalanya mirip Sindrome Steven Johnson.
Penyakit mulai secara akut dengan gejala prodromal.Penderita tampak sakit berat dengan demam tinggi, kesadaran menurun (soporokomatosa).Kelainan kulit mulai dengan eritema generalisata kemidian banyak timbul vesikel dan bula, dapat pula disertai purpura.Kelainan pada kulit dapat disertai kelainan pada bibir dan selaput lendir mulut berupa erosi, ekskoriasi, dan perdarahan sehingga terbentuk krusta berwarna merah hitam.Kelainan semacam itu dapat pula terjadi di orifisium genetalia eksterna.Juga dapat disertai kelainan pada mata seperti pada syndrome Steven Johnson.
Pada N.E.T. yang terpenting ialah terjadinya epidermolisis, yaitu epidermis terlepas dari dasarnya yang kemudian menyeluruh.Gambaran klinisnya menyerupai kombustio. Adanya epidermolisis menyebabkan tanda Nikolski positif pada kulit yang eritematosa, yaitu jika kulit ditekan dan digeser, maka kulit akan terkelupas. Epidermolisis mudah dilihat pada tempat yang sering terkena tekanan, yakni pada punggung dan bokong karena biasanya penderita berbaring.Pada sebagian para penderita kelaina kulit hanya berupa epidermolisis dan purpura, tanpa disertai erosi, vesikel, dan bula.Kuku dapat terlepas (onikolisis).Bronkopneumonia dapat terjadi.Kadang-kadang dapat terjadi perdarahan di traktus gastrointestinal.
Pada penyakit ini terlihat adanya trias kelainan berupa :
·           Kelainan kulit
·           Kelainan selaput lendir di orifisium
·           Kelainan mata
a.    Kelainan Kulit
·           Kelainan kulit terdiri atas eritema, papul, vesikel, dan bula.Vesikel dan bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas.Dapat juga disertai purpura.
b.    Kelainan Selaput lender di orifisium
·           Kelainan di selaput lendir yang sering ialah pada mukosa mulut, kemudian genital, sedangkan dilubang hidung dan anus jarang ditemukan.
·           Kelainan berupa vesikal dan bula yang cepat memecah hingga menjadi erosi dan ekskoriasi serta krusta kehitaman.Juga dapat terbentuk pescudo membran.Di bibir yang sering tampak adalah krusta berwarna hitam yang tebal.
·           Kelainan di mukosa dapat juga terdapat di faring, traktus respiratorius bagian atas dan esophagus.Stomatitis ini dapat menyeababkan penderita sukar/tidak dapat menelan.Adanya pseudo membran di faring dapat menimbulkan keluhan sukar bernafas.

2.4. PATOFISIOLOGI
Patogenesisnya belum jelas. Ada yang menganggap bahwa N.E.T. merupakan bentuk berat Sindrome Steven Johnson karena pada sebagian para penderita Steven Johnson penyakitnya berkembang menjadi N.E.T. keduanya dapat disebabkan oleh alergi obatdengan spectrum yang hampir sama. Anggapan lain N.E.T. berbeda dengan Sindrome Steven Johnson karena pada N.E.T tidak didapati kompleks imun yang beredar seperti pada Sindrome Steven Johnson dan eritema multiformis.Gambaran histologiknya juga berlainan.
Patofisiologi terjadinya nekrolisis epidermal toksik belum jelas, namun, dipercaya bahwafenomena immun kompleks yang bertanggung jawab. Salah satu teori menyatakan akumulasimetabolit obat pada epidermis secara genetik dipengaruhi oleh proses imunologi setiap individu. Limfosit T CD8+ dan makrofag mengaktifkan proses inflamasi yang menyebabkan apoptosis selepidermis.

2.5. KOMPLIKASI
Komplikasi pada ginjal berupa nekrosis tubular akut akibat terjadinya ketidakseimbangan cairan bersama-sama dengan glomerolunefritis.
·           Pengelupasan membran mukus dalam  mulut, tenggorokan, dan saluran pencernaan; ini menimbulkan kesulitan dalam makan dan minum sehingga mengarah pada dehidrasi dan kekurangan gizi.
·           Infeksi kulit oleh bakteri
·           Pengelupasan konjungtiva dan gangguan-gangguan mata lainnya bisa menyebabkan kebutaan
·           Pneumonia
·           Keterlibatan saluran genital bisa menimbulkan gagal ginjal
·           Infeksi sistemik dan septisemia (keracunan darah)
·           Syok dan gagal multi-organ
·           Sindrome steven Johnson.

2.6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·           Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
·           Biopsi kulit dan hapusan immunofluoresensi harus dipertimbangkan jika diduga pemphigus/pemphigoid
·           LABORATORIUM
o     Leukositosis
o     Enzim transaminase serum ↑
o     Albuminuria  : Ggg keseimbangan elektrolit & cairan
·           PEM. RADIOLOGI
o     Untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi : TBC, bronkopneumonia
·           HISTOPATOLOGI
o     Nekrosis di seluruh lapisan epidermis, kecuali str. Korneum


2.7. PENATALAKSANAAN
·           Resusitasi cairan dan elektrolit
·           Antibiotik intravena untuk infeksi
·           Penatalaksanaan nyeri
·            Dukungan gizi
·           Perawatan luka
·           Debridema (pengangkatan) jaringan mati secara bedah
·           Kemungkinan penggunaan  immunoglobulin intravena, siklosporin, plasmaferesis atau oksigen hiperbarik. Steroid sistemik tidak lagi direkomendasikan.
1.    Pengaturan keseimbangan cairan & elektrolit
2.    KS : deksametason : 20-30 mg/hr, i.v. dibagi 3-4 x/hr. Bl lesi baru (-) ® dosis di ↓ scr cepat dg laju 4 x 0,5 mg/hr atau dg prednison 4-5 mg/hr, oral ® di ↓ bertahap
3.    AB : th/ AB krn th/ KS dosis ↑, mgk ® infeksi/sepsis/tutup tanda infeksi  ® AB broad spectrum, bakterisidal & tdk ® rx alergi
a.    Sefotaksim : 3 x 1 gr/hr, i.v. (maks. 12 gr/hr) dibagi 3-4 x
b.    Gentamisin : 2 x 60 mg/hr, i.v.
c.    Netilmisin sulfat : BB > 50 kg : 2 x 150 mg/hr, i.m. BB < / = 50 kg : 2 x 100 mg/hr,i.m.  Rata2 : 4 – 6 mg/kgBB/hr.
d.    AB dihentikan bl dosis prednison tlh mencapai 5 mg/hr & tanda infeksi (-)
4.    Infus dekstrosa 5 %, NaCl 0,9 %, Ringer laktat = 1: 1: 1
Tujuan : Mengatur + mempertahankan keseimbangan cairan & elektrolit
5.    Pemberian nutrisi & obat
6.    Th/ topikal : PK 1:10.000, kenalog in orabase
7.    Konsultasi disiplin ilmu lain : THT, mata, penyakit dlm, gilut dll
8.    KCL 3 x 500 mg/hr secara oral – cegah ® hipokalemia
9.    Obat anabolik
10.  Diet tinggi protein & rendah garam
11.  Bl perlu transfusi darah
Nekrolisis epidermal toksik (NET) adalah kelainan ekfoliatifmukokutan yang berat, varian dari eritemamultiforme mayor, yang ditandai dengan perluasan cepat dari eritema dan adanyan ekrolisis epidermal. Tingkat kematiannya bergantung kepada derajat keparahan penyakit dan kualitas perawatannya ; berkisar dari 5 persen hingga mencapai lebih dari 50 persen. Proses penyembuhannya lambat dan tergantung kepada kualitas pengobatan, luas dan keparahan lesi, dan ada tidaknya komplikasi.
2.8. ASUHAN KEPERAWATAN
I.    Pengkajian
a.    Data Subyktif
·           Klien mengeluh demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan  nyeri tenggorokan /sulit menelan.
b.    Data Obyektif
·           Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah sehingga terjadi erosi yang luas, sering didapatkan purpura.
·           Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir, stomatitis dan pseudomembran di faring
·           Konjungtiva, perdarahan sembefalon ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
c.    Data Penunjang
·           Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
·           Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
·           Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.

      II.   Diagnosa Keperawatan
1.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal
2.    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
3.    Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit
4.   Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan  kelemahan fisik
5.    Gangguan Persepsi sensori: kurang penglihatan berhubungan dengan konjungtifitis

·           Intervensi Keperawatan
1.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2×24 jam inflamasi dermal dan epidermal dapat  teratasi.
Kriteria : Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh.

Intervensi
Rasional
a.       Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang terjadi.
b.      Gunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut.




c.        Jaga kebersihan alat tenun.
d.      Kolaborasi dengan tim medis.

a.       Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat
b.      Menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari baju, membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkat proses penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi
c.       Untuk mencegah infeksi
d.      Untuk mencegah infeksi lebih lanjut


2.     Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan    menelan
Tujuan :  setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1×24 jam pemenuhan nutrisi  pada pasien dapat teratasi.
Kriteria :  Menunjukkan berat badan stabil/peningkatan berat badan

Intervensi
Rasional
a.       Kaji kebiasaan makanan
yang disukai/tidak disukai.


b.      Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering.
c.       Hidangkan makanan dalam keadaan hangat
d.      Kerjasama dengan ahli gizi. 



a.       memberikan pasien/orang terdekat rasa kontrol, meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki pemasukan.
b.      membantu mencegah distensi gaster/ketidaknyamanan
c.       meningkatkan nafsu makan

d.      kalori protein dan vitamin untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik, mempertahankan berat badan dan mendorong regenerasi jaringan.


3. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit
   Tujuan: setelah dilakukan tendakan keperawatan selama 2×24 inflamasi pada kulit   dapat teratasi
Kriteria :
·         Melaporkan nyeri berkurang
·         Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks

Intervensi
Rasional
a.             Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya.

b.              Berikan tindakan kenyamanan dasar ex: pijatan pada area yang sakit.
c.             pantau Tanda-Tanda Vital pasien.
                                                   
d.   Berikan analgetik sesuai indikasi.


a.       nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan.

b.      meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan kelelahan umum.
c.       .metode IV sering digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek obat,
d.      menghilangkan rasa nyeri


4.   Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan  kelemahan fisik
  Tujuan:
  Kriteria: Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas

Intervensi
Rasional
a.    Kaji respon individu terhadap aktivitas.

b.   Bantu klien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari dengan tingkat keterbatasan yang dimiliki klien.
c.    Jelaskan pentingnya pembatasan energi.  

d.   Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas klien.


a.    mengetahui tingkat kemampuan individu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.
b.    energi yang dikeluarkan lebih optimal.


c.    energi penting untuk membantu proses metabolisme tubuh.
d.    klien mendapat dukungan psikologi dari keluarga.



5. Gangguan Persepsi sensori: kurang penglihatan berhubungan degan konjungtifitis
     Tujuan :
     Kriteria :
·      Kooperatif dalam tindakan
·      Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen




Intervensi
Rasional
a.     Kaji dan catat ketajaman pengelihatan.
b.    Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak. 
c.    Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan.
d.    Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien.

a.    Menetukan kemampuan visual
b.    Memberikan keakuratan thd pengelihatan dan perawatan.
c.    Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantungan.
d.    Meningkatkan rangsangan pada waktu kemampuan pengelihatan menurun.


BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Nekrolisis Epidermal Toksik ( N.E.T ) adalah umumnya merupakan penyakit berat, gejala kulit yang terpenting dan khas adalah epidermolisis yang menyeluruh, dapat disertai kelainan pada selaput lendir di orifisium dan mata.
N.E.T. umumnya terdapat pada orang dewasa.Pada umumnya N.E.T. merupakan penyakit yang berat dan sering menyebabkan kematian karena gangguan keseimbangan cairan/elektrolit atau karena sepsis.Gejalanya mirip Sindrome Steven Johnson.
3.2. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.




DAFTAR PUSTAKA


 Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar. 2002. Nekrolisis Epidermal Toksik (NET), dalam Djuanda, Adi  dkk: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed.3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2.      Jakarta: EGC.