BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nekrolisi Epidermal Toksika (NET) adalah sautu penyakit kulit yang bisa
berakibat fatal, dimana lapisan kulit paling atas mengelupas lembar demi
lembar. N.E.T. umumnya terdapat pada orang dewasa.Pada umumnya
N.E.T. merupakan penyakit yang berat dan sering menyebabkan kematian karena
gangguan keseimbangan cairan/elektrolit atau karena sepsis.Gejalanya mirip
Sindrome Steven Johnson.
Penyakit mulai secara
akut dengan gejala prodromal.Penderita tampak sakit berat dengan demam tinggi,
kesadaran menurun (soporokomatosa).Kelainan kulit mulai dengan eritema
generalisata kemidian banyak timbul vesikel dan bula, dapat pula disertai
purpura.Kelainan pada kulit dapat disertai kelainan pada bibir dan selaput
lendir mulut berupa erosi, ekskoriasi, dan perdarahan sehingga terbentuk krusta
berwarna merah hitam.Kelainan semacam itu dapat pula terjadi di orifisium
genetalia eksterna.Juga dapat disertai kelainan pada mata seperti pada syndrome
Steven Johnson.
Pada N.E.T. yang
terpenting ialah terjadinya epidermolisis, yaitu epidermis terlepas dari
dasarnya yang kemudian menyeluruh.Gambaran klinisnya menyerupai kombustio.
Adanya epidermolisis menyebabkan tanda Nikolski positif pada kulit yang
eritematosa, yaitu jika kulit ditekan dan digeser, maka kulit akan terkelupas.
Epidermolisis mudah dilihat pada tempat yang sering terkena tekanan, yakni pada
punggung dan bokong karena biasanya penderita berbaring.Pada sebagian para
penderita kelaina kulit hanya berupa epidermolisis dan purpura, tanpa disertai
erosi, vesikel, dan bula.Kuku dapat terlepas (onikolisis). Bronkopneumonia dapat
terjadi.Kadang-kadang dapat terjadi perdarahan di traktus gastrointestinal.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka permasalahan nyadapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud degan Nekrolisi Epidermal Toksika (NET)?
2.
Bagaimanakah asuhan keperwatan pada klien dengan Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana
Asuhan Keperawatan pada klien Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).
1.3.2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan
gambaran asuhan keperawatan meliputi :
- Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian padaklien dengan Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).
- Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).
- Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).
- Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).
1.4. Manfaat Penulisan
Sesuai dengan latar belakang perumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka manfaat yang dapat diharapakan
dari penelitian ini adalah :
1) Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang Nekrolisi Epidermal Toksika (NET).
2) Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakaan serta dapat
digunakan sebagai referensi bagi penulisan makalah selanjutnya.
3) Bagi Profesi
Dapat memberikan sumbangan ilmu bagi ilmu keperawatan.
1.5. MetodePenulisan
Pada penulisan makalah ini kami menggunakan pendekatan pustaka. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan studipustaka yaitu mengumpulkan data berdasarkan sumber-sumber tertulis tentang pandangan dan teori keperawatan tentang Nekrolisi Epidermal Toksika (NET). Data dikumpulkan dari sumber tertulis yang didapatkan dari internet ataupun buku-buku
yang ada diperpustakaan
STIKES EkaHarap.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Nekrolisis Epidermal
Toksik ( N.E.T ) adalah umumnya merupakan penyakit berat, gejala kulit yang
terpenting dan khas adalah epidermolisis yang menyeluruh, dapat disertai
kelainan pada selaput lendir di orifisium dan mata.
Nekrolisi Epidermal Toksika adalah sautu penyakit kulit yang bisa
berakibat fatal, dimana lapisan kulit paling atas mengelupas lembar demi
lembar.
Nekrolisis
epidermal toksik adalah kelainan kulit yang memerlukanpenanganan segera yang
paling banyak disebabkan oleh obat-obatan.Meskipun begitu, etiologi lainnya,
termasuk infeksi, keganasan, dan vaksinasi, juga bisa menyebabkan penyakit ini.
Nekrolisis Epidermal
Toksik (TEN) merupakan reaksi mukokutaneous khas onset akut dan berpotensi
mematikan, yang biasanya terjadi setelah dimulainya pengobatan baru.
Nekrolisis
epidermal toksik merupakan varian yang paling berat dari penyakit bulosa
sepertieritema multiforme dan sindrom Stevens-Johnson.Semua kelainan tersebut
memberikangambaran lesi kulit yang menyebar luas, dan terutama pada badan dan
wajah yang melibatkansatu atau lebih membran mukosa.
2.2. ETIOLOGI
Etioliginya sama
dengan Syndrome Steven Johnson. N.E.T. juga dapat terjadi akibat reaksi graft
versus host.
·
infeksi (virus,jamur,bakteri,parasit)
·
Sepertiga kasus nekrolisis epidermal toksika
disebabkan oleh suatu reaksi terhadap suatu obat.
·
Obat yang paling sering menyebabkan
penyakit ini adalah:
o Penisilin, Allopurinol
o Antibiotik yang mengandung sulfa
o Makrolida
o Quinolon
o Barbiturat
o Antikonvulsi (anti-kejang)
·
Obat anti peradangan non-steroid
2.3. MANIFESTASI KLINIS
·
Gejala prodromal : malaise, lelah,
mual, muntah, diare, angina, demam, konjungtivitis ringan, radang mukosa mulut
& genital
·
Beberapa jam – hari kemudian ®kelainan kulit : makula, papel, eritematosa, morbiliformis disertai dengan bula
flaccid® cepat meluas
& konfluens
·
Lesi ® wajah, ekstremitas & badan
·
Lesi eritem,vesikel, erosi ® mukosa pipi, bibir, konjungtiva, genitalia, anus
·
Onikolisis, alis, bulu mata rontok
+ epidermolisis kelopak mata
·
KU buruk, suhu ↑, Kesadaran ↓
·
Tanda Nikolsky (+): Jika daerah-daerah kulit yang tampak
normal diantara lesi-lesi digaruk, epidermis dengan mudah
terkelupas dari permukaannya.
·
Organ tbh : perdarah tr. GI,
trakeitis, bronkopneumonia, udem paru, emboli paru, ggg keseimbangan cairan &
elektrolit, syok hemodinamik & kegagalan ginjal
·
Sebuah ruam papular atau makular yang
“terbakar/nyeri” kemerah-merahan dengan batas tidak tegas kemudian terbentuk
membentang mulai dari wajah sampai batang-tubuh atas.Pelepuhan terjadi dan
kemudian bergabung.Epidermis bisa terkelupas.
N.E.T. umumnya
terdapat pada orang dewasa.Pada umumnya N.E.T. merupakan penyakit yang berat
dan sering menyebabkan kematian karena gangguan keseimbangan cairan/elektrolit
atau karena sepsis.Gejalanya mirip Sindrome Steven Johnson.
Penyakit mulai secara
akut dengan gejala prodromal.Penderita tampak sakit berat dengan demam tinggi,
kesadaran menurun (soporokomatosa).Kelainan kulit mulai dengan eritema
generalisata kemidian banyak timbul vesikel dan bula, dapat pula disertai
purpura.Kelainan pada kulit dapat disertai kelainan pada bibir dan selaput
lendir mulut berupa erosi, ekskoriasi, dan perdarahan sehingga terbentuk krusta
berwarna merah hitam.Kelainan semacam itu dapat pula terjadi di orifisium
genetalia eksterna.Juga dapat disertai kelainan pada mata seperti pada syndrome
Steven Johnson.
Pada
N.E.T. yang terpenting ialah terjadinya epidermolisis, yaitu epidermis terlepas
dari dasarnya yang kemudian menyeluruh.Gambaran klinisnya menyerupai kombustio.
Adanya epidermolisis menyebabkan tanda Nikolski positif pada kulit yang
eritematosa, yaitu jika kulit ditekan dan digeser, maka kulit akan terkelupas.
Epidermolisis mudah dilihat pada tempat yang sering terkena tekanan, yakni pada
punggung dan bokong karena biasanya penderita berbaring.Pada sebagian para
penderita kelaina kulit hanya berupa epidermolisis dan purpura, tanpa disertai
erosi, vesikel, dan bula.Kuku dapat terlepas (onikolisis).Bronkopneumonia dapat
terjadi.Kadang-kadang dapat terjadi perdarahan di traktus gastrointestinal.
Pada penyakit ini terlihat adanya trias
kelainan berupa :
·
Kelainan kulit
·
Kelainan selaput lendir di orifisium
·
Kelainan mata
a. Kelainan Kulit
·
Kelainan kulit terdiri atas eritema, papul, vesikel, dan
bula.Vesikel dan bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas.Dapat
juga disertai purpura.
b. Kelainan Selaput lender di orifisium
·
Kelainan di selaput lendir yang sering ialah pada mukosa
mulut, kemudian genital, sedangkan dilubang hidung dan anus jarang ditemukan.
·
Kelainan berupa vesikal dan bula yang cepat memecah hingga
menjadi erosi dan ekskoriasi serta krusta kehitaman.Juga dapat terbentuk
pescudo membran.Di bibir yang sering tampak adalah krusta berwarna hitam yang
tebal.
·
Kelainan di mukosa dapat juga terdapat di faring, traktus
respiratorius bagian atas dan esophagus.Stomatitis ini dapat menyeababkan
penderita sukar/tidak dapat menelan.Adanya pseudo membran di faring dapat
menimbulkan keluhan sukar bernafas.
2.4. PATOFISIOLOGI
Patogenesisnya belum
jelas. Ada yang menganggap bahwa N.E.T. merupakan bentuk berat Sindrome Steven
Johnson karena pada sebagian para penderita Steven Johnson penyakitnya
berkembang menjadi N.E.T. keduanya dapat disebabkan oleh alergi obatdengan
spectrum yang hampir sama. Anggapan lain N.E.T. berbeda dengan Sindrome Steven
Johnson karena pada N.E.T tidak didapati kompleks imun yang beredar seperti
pada Sindrome Steven Johnson dan eritema multiformis.Gambaran histologiknya
juga berlainan.
Patofisiologi
terjadinya nekrolisis epidermal toksik belum jelas, namun, dipercaya
bahwafenomena immun kompleks yang bertanggung jawab. Salah
satu teori menyatakan akumulasimetabolit obat pada epidermis secara genetik
dipengaruhi oleh proses imunologi setiap individu. Limfosit
T CD8+ dan makrofag mengaktifkan proses inflamasi yang menyebabkan apoptosis
selepidermis.
2.5. KOMPLIKASI
Komplikasi pada
ginjal berupa nekrosis tubular akut akibat terjadinya ketidakseimbangan cairan
bersama-sama dengan glomerolunefritis.
·
Pengelupasan membran mukus dalam mulut, tenggorokan, dan saluran pencernaan;
ini menimbulkan kesulitan dalam makan dan minum sehingga mengarah pada
dehidrasi dan kekurangan gizi.
·
Infeksi kulit oleh bakteri
·
Pengelupasan konjungtiva dan gangguan-gangguan mata lainnya
bisa menyebabkan kebutaan
·
Pneumonia
·
Keterlibatan saluran genital bisa menimbulkan gagal ginjal
·
Infeksi sistemik dan septisemia (keracunan darah)
·
Syok dan gagal multi-organ
·
Sindrome steven Johnson.
2.6. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
·
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil
pemeriksaan fisik.
·
Biopsi kulit dan hapusan
immunofluoresensi harus dipertimbangkan jika diduga pemphigus/pemphigoid
·
LABORATORIUM
o
Leukositosis
o
Enzim transaminase serum ↑
o
Albuminuria : Ggg keseimbangan elektrolit &
cairan
·
PEM. RADIOLOGI
o
Untuk menyingkirkan kemungkinan
infeksi : TBC, bronkopneumonia
·
HISTOPATOLOGI
o
Nekrosis di seluruh lapisan
epidermis, kecuali str. Korneum
2.7. PENATALAKSANAAN
·
Resusitasi cairan dan elektrolit
·
Antibiotik intravena untuk infeksi
·
Penatalaksanaan nyeri
·
Dukungan gizi
·
Perawatan luka
·
Debridema (pengangkatan) jaringan mati secara bedah
·
Kemungkinan penggunaan
immunoglobulin intravena, siklosporin, plasmaferesis atau oksigen
hiperbarik. Steroid sistemik tidak lagi direkomendasikan.
1. Pengaturan keseimbangan cairan & elektrolit
2. KS : deksametason : 20-30 mg/hr, i.v. dibagi 3-4 x/hr. Bl
lesi baru (-) ® dosis di ↓ scr cepat dg laju 4 x 0,5
mg/hr atau dg prednison 4-5 mg/hr, oral ® di ↓ bertahap
3. AB : th/ AB krn th/ KS dosis ↑, mgk ® infeksi/sepsis/tutup tanda infeksi ® AB broad spectrum, bakterisidal
& tdk ® rx alergi
a. Sefotaksim : 3 x 1 gr/hr, i.v. (maks.
12 gr/hr) dibagi 3-4 x
b. Gentamisin : 2 x 60 mg/hr, i.v.
c. Netilmisin sulfat : BB > 50 kg : 2 x
150 mg/hr, i.m. BB < / = 50 kg : 2 x 100 mg/hr,i.m. Rata2 : 4 – 6 mg/kgBB/hr.
d. AB dihentikan bl dosis prednison tlh
mencapai 5 mg/hr & tanda infeksi (-)
4. Infus dekstrosa 5 %, NaCl 0,9 %,
Ringer laktat = 1: 1: 1
Tujuan :
Mengatur + mempertahankan keseimbangan cairan & elektrolit
5. Pemberian nutrisi & obat
6. Th/ topikal : PK 1:10.000, kenalog
in orabase
7. Konsultasi disiplin ilmu lain :
THT, mata, penyakit dlm, gilut dll
8. KCL 3 x 500 mg/hr secara oral –
cegah ® hipokalemia
9. Obat anabolik
10. Diet tinggi protein & rendah garam
11. Bl perlu transfusi darah
Nekrolisis epidermal toksik (NET) adalah kelainan ekfoliatifmukokutan yang berat, varian dari eritemamultiforme mayor, yang ditandai dengan perluasan cepat dari eritema dan adanyan ekrolisis epidermal. Tingkat kematiannya bergantung kepada derajat keparahan penyakit dan kualitas perawatannya ; berkisar dari 5 persen hingga mencapai lebih dari 50 persen. Proses penyembuhannya lambat dan tergantung kepada kualitas pengobatan, luas dan keparahan lesi, dan ada tidaknya komplikasi.
2.8. ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
a. Data Subyktif
·
Klien mengeluh demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk,
pilek, dan nyeri tenggorokan /sulit menelan.
b. Data Obyektif
·
Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah
sehingga terjadi erosi yang luas, sering didapatkan purpura.
·
Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir,
stomatitis dan pseudomembran di faring
·
Konjungtiva, perdarahan sembefalon ulkus kornea, iritis dan
iridosiklitis.
c. Data
Penunjang
·
Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
·
Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan
ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel
epidermal, spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
·
Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun
yang mengandung IgG, IgM, IgA.
II.
Diagnosa
Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan inflamasi dermal dan epidermal
2. Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
3. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan
dengan inflamasi pada kulit
4. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik
5. Gangguan Persepsi sensori: kurang
penglihatan berhubungan dengan konjungtifitis
·
Intervensi Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal
Tujuan : setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 2×24 jam inflamasi
dermal dan epidermal
dapat teratasi.
Kriteria : Menunjukkan kulit dan jaringan
kulit yang utuh.
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Observasi kulit setiap hari
catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang terjadi.
b.
Gunakan pakaian tipis dan alat
tenun yang lembut.
c. Jaga kebersihan alat tenun.
d.
Kolaborasi dengan tim medis.
|
a. Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan
melakukan intervensi yang tepat
b.
Menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari baju, membiarkan insisi
terbuka terhadap udara meningkat proses penyembuhan dan menurunkan resiko
infeksi
c.
Untuk mencegah infeksi
d.
Untuk mencegah infeksi lebih lanjut
|
2. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
Tujuan : setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 1×24 jam pemenuhan nutrisi pada pasien dapat teratasi.
Kriteria
: Menunjukkan berat badan stabil/peningkatan
berat badan
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Kaji kebiasaan makanan
yang disukai/tidak disukai.
b.
Berikan makanan dalam porsi
sedikit tapi sering.
c.
Hidangkan makanan dalam keadaan
hangat
d.
Kerjasama dengan ahli
gizi.
|
a.
memberikan pasien/orang
terdekat rasa kontrol, meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat
memperbaiki pemasukan.
b.
membantu mencegah distensi
gaster/ketidaknyamanan
c.
meningkatkan nafsu makan
d.
kalori protein dan vitamin
untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik, mempertahankan berat badan
dan mendorong regenerasi jaringan.
|
3. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan
dengan inflamasi pada kulit
Tujuan: setelah
dilakukan tendakan keperawatan selama 2×24 inflamasi pada kulit dapat teratasi
Kriteria :
·
Melaporkan
nyeri berkurang
·
Menunjukkan
ekspresi wajah/postur tubuh rileks
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Kaji keluhan nyeri, perhatikan
lokasi dan intensitasnya.
b.
Berikan tindakan kenyamanan
dasar ex: pijatan pada area yang sakit.
c.
pantau Tanda-Tanda Vital
pasien.
d.
Berikan analgetik sesuai indikasi.
|
a. nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan
jaringan.
b. meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan kelelahan umum.
c. .metode IV sering digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek obat,
d. menghilangkan rasa nyeri
|
4. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik
Tujuan:
Kriteria: Klien melaporkan peningkatan
toleransi aktivitas
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Kaji respon individu terhadap
aktivitas.
b.
Bantu klien dalam memenuhi
aktivitas sehari-hari dengan tingkat keterbatasan yang dimiliki klien.
c.
Jelaskan pentingnya pembatasan energi.
d.
Libatkan keluarga dalam
pemenuhan aktivitas klien.
|
a. mengetahui tingkat kemampuan individu dalam pemenuhan aktivitas
sehari-hari.
b. energi yang dikeluarkan lebih optimal.
c. energi penting untuk membantu proses metabolisme tubuh.
d. klien mendapat dukungan psikologi dari keluarga.
|
5.
Gangguan Persepsi sensori: kurang penglihatan berhubungan degan konjungtifitis
Tujuan
:
Kriteria
:
· Kooperatif dalam tindakan
· Menyadari hilangnya pengelihatan
secara permanen
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Kaji dan catat ketajaman
pengelihatan.
b.
Kaji deskripsi fungsional apa
yang dapat dilihat/tidak.
c.
Sesuaikan lingkungan dengan
kemampuan pengelihatan.
d.
Kaji jumlah dan tipe rangsangan
yang dapat diterima klien.
|
a.
Menetukan kemampuan visual
b. Memberikan keakuratan thd pengelihatan dan perawatan.
c. Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantungan.
d. Meningkatkan rangsangan pada waktu kemampuan pengelihatan menurun.
|
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Nekrolisis Epidermal
Toksik ( N.E.T ) adalah umumnya merupakan penyakit berat, gejala kulit yang
terpenting dan khas adalah epidermolisis yang menyeluruh, dapat disertai
kelainan pada selaput lendir di orifisium dan mata.
N.E.T. umumnya
terdapat pada orang dewasa.Pada umumnya N.E.T. merupakan penyakit yang berat
dan sering menyebabkan kematian karena gangguan keseimbangan cairan/elektrolit
atau karena sepsis.Gejalanya mirip Sindrome Steven Johnson.
3.2. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan
teman – teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat
berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar
kesehatan kita tetap terjaga.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges.
2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Price
dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar. 2002. Nekrolisis Epidermal Toksik (NET), dalam Djuanda,
Adi dkk: Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed.3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Price
dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar