Rabu, 13 Juni 2012

ANATOMI DAN FISOLOGI HIDUNG DAN SINUS



ANATOMI DAN FISOLOGI HIDUNG DAN SINUS

2.1 Anatomi Hidung dan Sinus



2.2 Pengertian Hidung
    Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan dan indera penciuman. Bentuk dan struktur hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan alasnya pada prosesus palatinus os maksilaris dan pars horizontal os palatum.
Dalam keadaan normal udara yang masuk dalam sistem pernapasan berhubungan dengan rongga hidung. Vestibulum rongga hidung yang berisi serabut-serabut halus epitel berfungsi untuk mencegah masuknya benda-benda asing yang mengganggu proses pernapasan.
Tulang rawan epitelium dan lamina propia salingberkaitan dan dianggap sebagai bagian fungsional yang memiliki mukosa terbanyak dalam rongga hidung. Lamina propia banyak mengandung arteri, vena, dan kapiler yang membawa nutrisi dan air yang dihasilkan oleh sel.
Rangka hidung bagian atas dibentuk oleh bagian-bagian berikut ini.
·         Lamina kribosa osis etmoidalis dan pars nasalis ossis frontalis.
·         Dinding lateral: oleh tulang keras dan tulang rawan.
·         Sekat hidung (septum nasi) oleh tulang karang dan tulang rawan.
2.3 Pengertian Sinus
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus sfenoid kiri dan kanan. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3 sampai 4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatasasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior rongga hidung. Sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.

2.4 Bagian-Bagian Hidung

            Bagian-bagian hidung teriri dari:
·         Batang hidung: dinding depan hidung yang dibentuk oleh ossa nasalis.
·         Cuping hidung: bagian bawah dari lateral hidung yang dibentuk oleh tulang rawan.
·         Septum nasi adalah yang membatasi dua rongga hidung.
·         Dinding lateral rongga hidung (cavum nasi) terdiri atas empat buah konka nasalis, empat buah meatus, dan antrum (lekuk bagian lateral kavum nasi di depan konkanalis dan meatus nasalis).
Otot-otot hidung yang terdapat pada dinding hidung mempunyai alat-alat kecil yang berfungsi menggerakkan hidung dan menghirup udara.
·         M. Piramidalis
·         M. Levator labii superior league nasi.
·         M. Dilatator neres posterior
·         M. Dilatator neres anterior
·         M. Kompressor nasi
·         M. Kompressor nasi minor
·         M. Depressor alaris nasi.
Fossa nasalis terdiri atas ruang hidung (kavum nasi) merupakan bagian dalam rongga hidung yang dindingnya dilapisi oleh tunika mukosa disebut pituitary yang berfungsi mengeluarkan sekret mukosa pada bagian vestibulum nasi, ventrikel nasi, dan tunika mukosa mempunyai epitelium skuamosa. Selaput lendir hidung dihasilkan oleh jaringan kulit yang melekat pada perikardium lamina yang merupakan batas atas vestinulum krista disebut linea nasi, bagian belakang berlanjut menjadi membran mukosa nasofaring. Membran mukosa kavum nasi meliputi dinding dari sinus pernapasan. Pada sinus maksilaris fossa nasalis melalui hiatus maksilaris kavum nasi juga diliputi oleh membran mukosa.
Pembuluh darah hidung terdiri dari:
·         Arteri palatina, bercabang dua yaitu arteri nasalis posterior lateralis dan arteri nasalis posterior septi.
·         Arteri nasalis anterior berasal dari arteri oftalmika yang mempunyai cabang anteriores lateraris dan anteriores nasalis anterior septi.
·         Vena hidung kribrosa, jaringan pada daerah konka yang dikelilingi oleh serabut otot sirkuler dan longitudianal bermuara pada: pleksus venosus pterigoideus vena kanalis, vena fasialis mengikuti cabang arteri alviolaris sup, dan vana oftalmika.
Persarafan pada hidung terdiri dari:
·         Nervus olfaktorius saraf sensible (saraf pembau), masuk masuk melalui lubang-lubang lamina kribrosa etmoidalis.
·         Nervus Trigeminus, menpunyai cabang nervus oftalimikus dengan ranting nervus nasalis posterior superior dan nervus nasalis anterior superior untuk dinding lateralis kavum nasi superior dan konka nasalis media.
·         Nervus etmoidalis anterior: cabang dari oftalmikus masuk ke dalam kavum nasi melalui lubang frontal di lamina kribrosa ossis etmoidealis.
·         Nervus palatinus anterior: masuk ke dalam kavum nasi melalui lubang dalam pars perpendikularis ossis palatine.
Sistem limfe hidung membentuk pleksus pada bagian permukaan membran mukosa. Aliran limfe hidung berasal dari subdural dan ruangan subarakhnoid dari rongga tengkorak. Aliran limfe dari hidung sebagian bermuara ke nodus servikalis retrofaringeal yang terletak dekat kornu mayor hiodeum.

2.5  Bagian-Bagian Sinus
2.5.1 Sinus Maksila
            Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar, saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal yaitu 15 ml saat dewasa. Ostium sinus maksila berada disebelah superior dinding media sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.
2.5.2 Sinus Frontal
            Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, yang satu lebih besar daripada yang lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak digaris tengah. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm.

2.5.3 Sinus Etmoid
            Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cmdibagian anterior dan 1,5 cm dibagian posterior. Sinus etmoid berongga-rongga terdiri dari sel-sel yang enyerupau serang tawon, yang terdapat dalam massa bagian lateral os etmoid yang terletak diantara konka media dan dinding medial orbital.

2.5.4 Sinus Sfenoid
            Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid pasterior, sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang di sebut setum interspenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. volumenya berpariasi dari 5-7,5 ml. saat situs berkembang pembuluh darah dan nerpus di bagian lateral os spenoid akan menjadi sengat berdektan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indetasi pada dinding sinus spenoid.

2.5.5 Kompleks Ostio-Meatal
Pada sepertiga tengah titik lateral hidung yaitu di meatus medius, ada muara-muara saluran dari sinus maksila sinus frontal dan sinus efmoid anterior daerah ini rumit dan sempit dan di namakan komplek ostio-meatal.
2.5.6 Sistem Mukosiliar
Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan palut lendir di atasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.

2.6 Fungsi Hidung
Fungsi hidung adalah sebagai berikut :
2.6.1 Menghangatkan udara : oleh permukaan konka dan septum nasalis. Setelah melewati faring suhu udara ±36oC.
2.6.2 Sejumlah udara di lembakan sebelum melewati hidung dan saat mencapai faring kelembapan udara ±75%.
2.6.3 Udara di saring lebih banyak oleh bulu-bulu hidung dan partikel di atas rongga hidung di saring oleh rambut vestibular lapisan mukosiliar, dan lisozim (protein dalam air mata). Fungsi ini di namakan fungsi air conditioning jalan pernapasan atas kenaikan suhu tidak melebihi 2-3% dari suhu tubuh dengan uap air mencapai trakea bagian bawah. Bila seorang bernapas melalui tabung, udara langsung masuk trakea. Pendinginan dan pengeringan berpengaruh pada bagian paru-paru sehingga mudah terjadi infeksi paru.

2.6.4 Pada pernapasan biasa, udara yang masuk melalui celah olfaktori sebesar 5-10%, sedangkan ketika menghirup udara dengan keras udra pernapasan yang masuk sebesar 20%.

2.7 Fungsi Sinus Paranasal
Fungsi sinus paranarsal antara lain adalah :
2.7.1 Sebagai pengatur kondisi udara
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembapan udara ispirasi.Volume pertukaran udara dalam pentilasi sinus kurang lebih 1/100 volume sinus pada tiap kali bernapas sehingga di butuhkan beberapa jam udara total dalam sinus.
2.7.2 Sebagai penahan suhu
Sinus paranarsal berpungsi sebagai penahan panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Tetapi bila udara dalam sinus di ganti dengan tulang, hanya akan memberikan pertabahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bemakna.
2.7.3 Membantu resonansi suara
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, pasisi sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yag efektif.
2.7.4 Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fingsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.
2.7.5 Membantu produksi mukus
Mukus yang di hasilkan oleh sinus para narsal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.

DAFTAR PUSTAKA
  • Syaifudin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
  • Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC
  • Utama Hendra, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan; Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher, Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

1 komentar:

  1. This is the most interesting information and fit into our topic. bahaya penyakit amandel I want to share it with my friends Obat Amandel Herbal Thankyou for QNC Jelly Gamat

    BalasHapus