Askep Dengan Septum Nasi, Hematoma Septum,
Abses Septum
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DEVIASI SEPTUM NASAL
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Pengertian
Dikatakan septum deviasi jika terdapat penyimpangan
dari media spenoidalis oleh adanya perubahan struktur mukosa tulang rawan.
Septum deviasi dikatakan juga hidung bengkok karena
adanya penyimpangan garis tengah disertai obstruksi Nasi yang idiopatik.
Gejala
abses septum nasi adalah hidung tersumbat progresif yang ditandai dengan rasa
nyeri berat, terutama terasa dipuncak hidung juga terdapat keluhan demam dan
sakit kepala.
Abses
septum nasi dapat juga menyebabkan komplikasi seperti infeksi ke
intrakranial, trombosis sinus
cavernosus, sehingga setiap kasus septum nasi dianggap sebagai kasus darurat
yang memerlukan penaganan yang tepat dan segera.
2.1.2 Etiologi
Trauma abses
septum dapat terjadi secara baik langsung maupun tidak langsung.
Trauma langsung bila terjadi cidera pada wajah (
hidung), sedangkan trauma tidak langsung yang biasa terjadi pada saat bayi
yaitu mukosa tulang rawan palatum yang tidak terdeteksi dini.
2.1.3 Patofisiologi
Trauma yang terus menerus pada tulang rawan hidung
secara langsung atau pun tidak langsung menyebabkan perubahan dan pertumbuhan struktur mukosa tulang rawan
sehingga drainage dari sekret terganggu
dan hal inilah yang membuat hidung bebrau dan dirasa buntu.
1.1.4
Manifestasi Klinis
1.1.4.1 Obstruksi
pada Hidung
1.1.4.2 Rasa
nyeri pada kepala dan disekitar mata
1.1.4.3 Gangguan
indra penciuman
2.1.5 Pemeriksaan
Diagnostik
2.1.5.1 Radiologi
1) Foto
waters adanya kelainan tulang hidung
2) Pemeriksaan
laboratorium meliputi : Darah lengkap, Faal hemostasis.
2.1.6 Penatalaksanaan
Medis
2.1.6.1 Konservatif
(Obatdekongestan)
2.1.6.2 Operatif
2.2 Manajemen Keperawatan
2.2.1
Pengkajian
2.2.1.1 Pengkajian.
1) Ciri
– CiriUmum (berisi identitas pasien).
2) Riwayatkeperawatan
a. KeluhanUtama
Tidakdapatbernafasmelaluihidung, adasesuatu yang mengganjal.
b. RiwayatPenyakitsekarang.
Adanya keluhan tidak dapat bernafas melalui hidung, hidung terasa nyeri,
tidak dapat makan karena takut tersedak.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pilek terus menerus, biasanya lebih dari satu tahun dan tidak ada
perubahan meskipun diberi obat.
3) Pemeriksaan
Fisik.
Hidung: Ada luka operasi, terdapat tampon + 1,5 mm yang tampak dari luar,
pernapasan pindah ke mulut.
2.2.2
Diagnosa
2.2.2.1 Perubahan
Pola Nafas berhubungan dengan Tampon Pada Hidung.
2.2.2.2 Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi.
2.2.3
Intervensi
2.2.3.1
Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon
pada hidung.
Tujuan: Perubahan pola nafas teratasi dalam 2x24 jam.
Kriteria hasil : Tampon di lepas,Klien dapat bernafas melalui hidung.
Tujuan: Perubahan pola nafas teratasi dalam 2x24 jam.
Kriteria hasil : Tampon di lepas,Klien dapat bernafas melalui hidung.
Intervensi
|
Rasional
|
Jelaskan tentang perubahan pola
nafas dan bernafas melalui mulut.
|
Klien / keluarga mengerti sebab akibat perubahan pola
nafas.
|
Anjurkan klien untuk tidur ½ duduk
(semi fowler) dan nafas melalui mulut.
|
Membuat paru mengembang dengan baik
|
Beri tindakan perawatan untuk : Oral hygiene,
Rawatlukadengan BWC dan H2O2 dan xylocain/LA Nebulizer tanpa obat.
|
Memberi rasa nyaman dan mencegah infeksi.
|
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian kalmethason dan
bronchodilator.
|
Fungsi interdependent untuk mengencerkan sekret dan
melonggarkan pernafasan.
|
Monitor vital sign.
|
Mengetahui kelainan dini.
|
2.2.1.1 Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi.
Tujuan: Nyeri berkurang
dalam 2 x 24 jam.
Kriteriahasil: Klien
bisa tidur.
Klien merasa tenang, T 110/80 mmHg,
N 88 x/menit.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri, misal takut /
posisi yang salah.
|
Ketakutan / posisi salah dapat meningkatkan respon nyeri.
|
Kaji tingkat nyeri / lokasi nyeri / intensitas nyeri.
|
Menentukan tindakan keperawatan dalam hal untuk penanganan
nyeri
|
Anjurkan klien untuk menggunakan teknik :distraksi,
relaksasi progresif, cutaneus stimulation.
|
Mengurangi nyeri
|
Monitor vital sign.
|
Mengetahui kelainan dini terhadap respon nyeri
|
2.2.4
Implementasi
Implementasi adalah
pengelolaan dan perwujudan dari
rencana perawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan agar
terpenuhnya kebutuhan klien secara optimal.
2.2.5
Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan
mengacu pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
HEMATOMA SEPTUM DAN ABSES SEPTUM
3.1 Konsep Dasar
3.1.1
Pengertian
Hematoma septum merupakan sebagai akibat trauma
pembuluh darah akan pecah dan darah akan berkumpul diantara perikondium dan
tulang rawan septum, dan membentuk hematoma pada septum.
3.1.2
Etiologi
Terjadinya
abses septum nasi paling sering ditemukan akibat trauma pada hidung. Keadaan
ini dapat terjadi akibat kecelakaan, perkelahian maupun olahraga. Selain trauma, abses septum nasi juga dapat
terjadi akibat komplikasi dari operasi hidung. Trauma dapat mengakibatkan luka
pada mukosa septum sehingga dapat menyebabkan hematom septum nasi. Tiga sampai
lima hari setelah terjadi hematom, hematom septum nasi mengalami infeksi
sekunder sehingga terjadi abses septum nasi.
3.1.3
Manifestai klinis
3.1.3.1
Gejala hematoma septum biasanya bengkak
unilateral / biaeral pada septum bagian depan, berbentuk bulat, licin dan
berwarna merah.
3.1.3.2
Gejala
abses septum nasi adalah hidung tersumbat progresif disertai dengan rasa nyeri
hebat, terutama terasa di puncak hidung. Juga tedapat keluhan demam dan sakit
kepala.
3.1.4
Pemeriksaan Diagnostik
3.1.4.1
Inspeksi
Tampak hidung bagian luar ( apex nasi) yang
hiperemi, oedem, dan kulit mengkilat.
3.1.4.2
Palpasi
Didapatkan nyeri pada sentuhan
3.1.4.3
Rhinoskopi
anterior
Tampak tumor pada septum nasi berwarna merah
keabu-abuan, pada sentuhan terasa lunak dengan pemberian kapas yang dibasahi
dengan solutio tetrakain efedrin 1% tidak mengempis.
3.1.4.4
Pungsi
dan aspirasi
Tindakan ini berguna untuk membantu menegakkan
diagnosis, pemeriksaan kultur, selain itu juga dapat mengurangi tekanan dalam
abses dan mencegah terjadinya infeksi intrakranial.
3.1.5
Penatalaksanaan Medis
3.1.5.1
Dipasang
tampon
3.1.5.2
Pemberian
antibiotik
3.1.5.3
Incisi
3.2 Manajemen Keperawatan
3.2.1
Pengkajian
3.2.1.1 Kaji tanda tanda vital
3.2.1.2 Kaji pola nafas
3.2.1.3 Kaji adanya nyeri
3.2.1.4 Kaji warna kulit dan adanya sianosis
3.2.2
Diagnosa
3.2.2.1
Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka pada hidung.
3.2.3
Intervensi
3.2.3.1
Nyeri
akut berhubungan dengan adanya luka pada hidung.
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 3x24
jam diharapkan nyeriberkurang.
Kriteria Hasil: TTV dalam batas stabil
Nyeri berkurang
Klien tampak tenang
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji skala nyeri 0-10.
|
Mengetahui skala nyeri dan kebutuhan
|
Observasi tanda-tanda
vital.
|
Hipertensi akibat respon dari nyeri dan hipotensi maupun takikardi akibat dari kehilangan darah.
|
Pertahankan immobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring dan pemasangan
spalk/ bidai.
|
Meminimalkan nyeri dan mengurangi cidera.
|
Anjurkan klien rileks dan menarik nafas panjang bila nyeri datang.
|
Mengalihkan rasa nyeri dan mengurangi ketegangan.
|
Lakukan kompres dingin selama 24-48
jam pertama.
|
Mengurangi edema
|
Observasi kualitas nadi perifer antar yang sakit dan yang sehat.
|
Mengetahui adanya
cedera vascular
|
Kaji aliran kapiler, warna kulit,
sianosis dan kehangatan distal.
|
Mengetahui gangguan arteri dan vena.
|
3.2.4
Implementasi
Implementasi adalah
pengelolaan danperwujudan dari rencana perawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan dengan tujuan agar terpenuhnya kebutuhan klien secara optimal.
3.2.5
Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan
mengacu pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
DAFTAR
PUSTAKA
- Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan leher. Edisi 13. Jakarta. Binarupa Aksara1994 : 108 – 109.
- Soepardi, H. Efiaty Arsyad, dr.Sp.THT. BUKU AJAR ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta,1990: 51 - 54.
- Kryger H, Dommesty H, Haematoma and abeess of the nasal septum. Clin Otolaryngol 1987;12: 125 – 29.
- Broek Den Van P. 2009. BUKU SAKU ILMU KESEHATAN TENGGOROK, HIDUNG, DAN TELINGA. Jakarta : EGC
artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, makasih banyak...
BalasHapushttp://www.tokoobatku.com/obat-herbal-penyakit-sinusitis/